Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menceritakan pengalamannya membeli rumah di usia kepala tiga. Ia merasa terdorong untuk memiliki rumah sendiri untuk memberikan kehidupan yang lebih layak untuk keluarganya.
"Waktu saya menikah, waktu saya tamat kuliah, cari kerja, saya nggak punya warisan rumah. Orang tua saya bukan orang kaya, rumah saya cuma satu itu buat satu keluarga. Jadi ketika akan menikah ya cari rumah sendiri," ujar Nixon kepada detikcom belum lama ini.
Ia mengaku tidak memikirkan memiliki rumah ketika masih lajang, sehingga tidak mempersiapkan tabungan untuk membeli rumah. Lalu, setelah menikah ia bersama sang istri sepakat untuk hidup mandiri dengan menyewa kontrakan di daerah Kampung Melayu.
Kemudian, Nixon merasa terdorong untuk membeli rumah ketika sang mertua datang untuk merayakan tujuh bulanan kehamilan istrinya. Pada saat itu ia mulai mengkhawatirkan bagaimana menerima tamu di ruang yang sempit.
"Begitu (mertua) ngeliat anaknya ngontrak itu di gang, nanti dia stres juga tuh mungkin kan. Saya tuh merasa terpicu untuk memiliki rumah di situ," ungkapnya.
Selain itu, ia ingin anak-anaknya tinggal di kondisi yang ideal, yakni di rumah sendiri, memiliki halaman, serta dikelilingi tetangga yang juga berkeluarga. Menurutnya, membesarkan anak kecil di kontrakan sebenarnya lingkungan yang kurang sehat, karena hidup berdekatan dan bercampur dengan orang lain yang kebanyakan anak muda.
Nixon membeli rumah pertamanya di Depok dengan mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR) saat gajinya sebesar Rp 4 juta pada masa itu. Ia pun memilih membeli rumah dengan KPR karena jangka waktu pembayarannya yang panjang.
"KPR itu bisa 20 tahun. Jadi angsungannya bisa lebih ditekan. Kedua, karena memang peruntukannya buat rumah ya masih mikirnya KPR," tuturnya.
Ia merasa beruntung mendapatkan tempat tinggal dengan luas tanah sekitar 200 meter persegi meski dengan luas bangunan yang kecil. Saat mencari rumah ia mengutamakan adanya tiga kamar tidur, dapur, satu kamar mandi, dan halaman depan.
"Saya nyari tanah luas maka dapatnya Depok. Kenapa? Karena keluarganya besar. Kalau mertua datang, orang tua datang ribut juga. Jadi mikir ada 3 kamar, satu kamar buat anak saya. satu kamar buat saya sama istri, satu kamar kalau keluarga datang," katanya.
Menurutnya, rumah yang dia beli waktu itu sudah jauh lebih baik untuk berkeluarga dibandingkan di kontrakannya dulu. Ia memang mendahului memiliki hunian meski harus menunda membeli kendaraan dan menempuh perjalanan jauh untuk bekerja ke Jakarta.
Walaupun membeli rumah agak jauh dari tempat kerja, ia merasa hanya perlu berkorban bangun lebih pagi saja. Sementara anak-anaknya masih bisa sekolah dan sang istri bisa belanja di kawasan Depok.
"Cuma yang berjuang ayahnya aja, saya sendiri. Depok-Jakarta itu kan selalu di lingkungan itu. Tapi itu jauh lebih baik. Lebih baik saya yang berkorban di waktu dan lebih capek daripada anak-anak saya tinggal di lingkungan yang sempit dan sebagainya," pungkasnya.
Simak Video "Video: Viral! Ini Wujud Rumah 14 Meter Persegi"
(dhw/dhw)