Kawasan Menteng terkenal sebagai kawasan elite dengan hunian-hunian besar dan mewah. Namun kawasan mewah itu hanya sebagian dari Menteng, sebagian lagi kawasan kumuh yang terlihat sangat kontras. Bahkan di kawasan kumuh itu banyak rumah yang tidak layak huni.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait (Ara) mendatangi dua rumah tak layak huni di RT 015 RW 001 Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Ia mendapati rumah tersebut rusak, terutama pada bagian atap dan lantai.
"Ini ada di Menteng,Kelurahan Mentengyang kesenjangannya sangat tinggi," ujar Ara di Jl. Menteng Jaya, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (14/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semula, ia ingin kedua rumah tersebut direnovasi menggunakan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Namun, rumah tersebut tidak memiliki sertifikat hak milik (SHM). Untuk itu, ia mengatakan kedua rumah tersebut akan direnovasi tanpa APBN, melainkan dana swasta secara gotong royong.
"Ini kita renovasi tanpa uang negara biar cepat jalan," katanya.
Ara mengatakan renovasi rumah akan dimulai pada Senin, 24 November 2025 setelah pembongkaran. Ia pun ikut menyumbang dana untuk renovasi rumah bersama lainnya, totalnya Rp 134 juta untuk rumah pertama yang dikunjungi. Ara sendiri akan memberikan Rp 100 juta masing-masing untuk dua rumah yang dikunjunginya buat renovasi.
"Kita gotong royong, saya Rp 100 juta," kata Ara.
Lurah Menteng Indrawan Prasetio mengatakan ada kesenjangan yang jauh di Menteng. Dari 10 RW di Kelurahan Menteng, 4 RW diisi oleh rumah-rumah besar, sedangkan 6 RW lainnya kumuh.
"10 RW jumlahnya 29 ribu kalau dipisahkan 6 RW yang padat penduduk itu ada 24 ribu, yang sisanya 5 ribu itu di RW yang tidak padat," kata Indrawan.
detikProperti mendatangi dua rumah tidak layak huni di RT 15 RW 001 Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng.
Kawasan Kumuh di Menteng Foto: Danica Adhitiawarman/detikcom |
_
Rumah pertama milik Rukmini (81). Ia sudah tinggal di sana sejak rumah itu dibangun pada 1968. Rumah seluas 74 meter persegi itu dihuni oleh 8 orang. Terdapat 3 kamar tidur dan satu kamar mandi.
Tampak plafon rumah terbuat dari anyaman bambu dan rangka atapnya juga dari bambu. Kondisi atap dan plafon sudah sangat mengkhawatirkan. Plafonnya rusak, bentuknya sudah berlubang dan turun.
Genteng atapnya pun sudah tidak utuh. Ia menceritakan genteng sempat terjatuh dan mengenai lengannya.
Rukmini mengatakan rumahnya sering bocor ketika hujan sehingga terpaksa tidur di atas kasur yang basah. Untuk menadah tetesan air hujan, ia menggunakan panci dan mangkuk penanak nasi.
"Saya kalau hujan, kehujanan tidur, sampai digelar pakai karpet. Tempat tidur, lemari, jalanan basah," kata Rukmini kepada detikcom, di Jl. Menteng Jaya, Menteng, Jakarta Pusat.
Kawasan Kumuh di Menteng Foto: Danica Adhitiawarman/detikcom |
Kemudian, detikProperti mengunjungi rumah kedua adalah milik Tatang (71). Rumahnya dua tingkat berukuran 3x4 meter tanpa kamar dan dihuni oleh 10 orang.
Ia mengeluh rumahnya sering kali bocor saat hujan dan kepanasan saat terik. Atap dan dindingnya terbuat dari seng dan dilapisi triplek.
"Rumah keadaannya begini, biasanya pada bocor di atas," ucap Tatang.
(dhw/das)












































