Dulu Jadi Area Terpadat di Dunia, Pulau Hashima Kini Jadi Kota Mati

Jejak Hidup di Kota Mati

Dulu Jadi Area Terpadat di Dunia, Pulau Hashima Kini Jadi Kota Mati

Almadinah Putri Brilian - detikProperti
Jumat, 24 Okt 2025 06:03 WIB
Pulau Hashima di Jepang
Pulau Hashima. Foto: (Thinsktock)
Jakarta -

Pulau Hashima merupakan salah satu 'kota' mati yang cukup terkenal. Bentuknya yang seperti kapal perang ini dulu sempat berjaya karena tambang batu baranya, bahkan juga disebut sebagai area terpadat di dunia. Tapi kini semua sudah berubah.

Dilansir dari Architectural Digest, Pulau Hashima atau dikenal juga sebagai Gunkanjima yang berarti 'Pulau Kapal Perang' ini memiliki batu bara yang melimpah dengan kualitas tinggi. Dulunya, hanya penduduk lokal yang mengelola tambang hingga akhirnya pulau itu dibeli dan dikembangkan oleh Mitsubishi Group pada 1890.

Dikutip dari Atlas Obscura, pulau yang luasnya tidak lebih dari satu kilometer persegi ini mampu memproduksi 400.000 ton batu bara dalam setahun. Setiap tahun kawasan itu semakin berkembang. Bahkan pada 1950-an, ada hampir 6.000 orang yang tinggal di sana, menjadikannya kawasan dengan penduduk terpadat di dunia kala itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski lingkungan kerjanya cukup ekstrem, teknologi teranyar digunakan untuk membangun fasilitas yang tahan dengan keadaan sekitar. Hingga tahun 1931, pulau ini diperluas beberapa kali secara artifisial dengan pemecah gelombang beton untuk melindunginya.

Karena para pekerja bekerja di tempat yang cukup ekstrem, perusahaan memberikan kompensasi berupa gaji yang sangat tinggi bahkan jika dibandingkan dengan orang yang bekerja di ibu kota. Banyak pekerja tambang yang mendapatkan upah lebih banyak dari para pekerja eksekutif di Tokyo pada saat itu. Tak heran, hampir 100 persen rumah di sana dilengkapi dengan satelit televisi terbaru dan kemudahan teknologi lainnya.

ADVERTISEMENT

Untuk menunjang para pekerja di sana, berbagai fasilitas pun dibangun mulai dari rumah sakit, rumah susun hingga tempat judi. Pada 1916, rumah susun empat lantai di sana disebut sebagai flat pertama yang dibangun dari beton bertulang.

Selain itu, pada sebuah bangunan beton raksasa terdapat empat penitipan anak di lantai sembilan. Lalu, halaman sekolah di sana juga menjadi alun-alun yang terbuka untuk umum saat liburan sekolah.

Akan tetapi, masa kejayaan Pulau Hashima tidak berlanjut. Semakin berkurangnya permintaan dan sumber batu bara yang tersedia di sana semakin menipis, membuat para penduduk perlahan-lahan meninggalkan pulau tersebut. Apalagi, banyak juga anak-anak dari pekerja tambang yang bersekolah di Nagasaki yang berada di luar Pulau Hashima.

Pulau Hashima tak mungkin dilewatkan saat membahas deretan pulau misterius di dunia. Pulau yang dulu padat penduduk itu kini sepi nan sunyi bagaikan pulau hantuPulau yang dulu padat penduduk itu kini sepi nan sunyi bagaikan pulau hantu Foto: Carl Court/Getty Images

Keadaan juga diperburuk dengan kondisi pulau yang sangat padat. Pada bagian bawah, terdapat terowongan yang bisa menembus ke berbagai penjuru pulau. Tapi pada bagian atasnya dipenuhi oleh gang-gang sempit yang dipenuhi pasar.

Belum lagi, udara laut menciptakan atmosfer dengan kelembapan tinggi 95 persen dan asap batu bara yang mengepul ke udara membuat debu menempel di kulit penduduk karena kelembapan yang konstan. Panasnya yang ekstrem dan udara yang sarat debu lambat laun menyerang sistem pernapasan para penduduk. Penyakit pun merajalela dan kebakaran kerap terjadi.

Akhirnya pada 1974, perusahaan menutup area tambang tersebut dan juga seluruh pulau. Para pekerja pun diusir karena perusahaan tak lagi mampu mempertahankan struktur bangunan yang sering terpapar lingkungan yang keras. Dan, pulau itu jadi terbengkalai.

Pada 2001, perusahaan memberikan pulau itu ke Takashima (dan juga menjadi milik Nagasaki karena dua kota itu digabung menjadi satu pada 2005). Sejak saat itu, Pulau Hashima mulai dibersihkan dan struktur bangunan dibuat lebih aman. Kini Pulau Hashima jadi kota mati yang sering dikunjungi turis.

Pengungkapan Kerja Paksa di Pulau Hashima

Dikutip dari detikEdu, pada 2015, Pulau Hashima menjadi bagian dari Situs Situs Revolusi Industri Meiji yang diberi status sebagai Situs Warisan Dunia Organisasi Pendidikan, Ilmiah, dan Budaya PBB (UNESCO). Syaratnya, Pemerintah Jepang harus sepakat untuk mengakui adanya kerja paksa dari warga Korea, China, dan tempat lain di area tambang tersebut selama Perang Dunia II, sebagaimana kritik yang diajukan Korea Selatan.

Namun pada laporan Juli 2021, para ahli menyatakan Pemerintah Jepang tidak menunjukkan cukup informasi di situs tersebut yang memungkinkan pengunjung memahami apa saja aspek-aspek negatif tentang situs tersebut. Pemerintah Jepang juga dinilai tidak cukup menjelaskan para korban dari area pertambangan itu.

Laporan Pusat Warisan Dunia menyatakan bahwa display informasi-informasi di situs Tambang Batu Bara Hashima memberikan kesan bahwa para pekerja tidak dibawa secara paksa ke sana. Tidak ada juga informasi yang menjelaskan apa saja yang dialami korban selama tinggal di Hashima.

Komite Warisan Dunia mengeluarkan resolusi yang antara lain meminta Pemerintah Jepang untuk mempertimbangkan langkah-langkah apa yang direncanakan untuk menjaga memori tentang para pekerja di tambang batu bara tersebut. Salah satunya dengan membentuk pusat informasi baru khusus penjelasan tentang yang dialami korban dan menyatakan banyak pekerja dibawa secara paksa ke tambang batu bara dari Semenanjung Korea dan dipaksa bekerja dalam kondisi keras.

Dilansir dari Chosun Daily, ada Juli 2025 dalam pertemuan ke-47 UNESCO World Heritage Commitee di Paris, Korea Selatan meminta evaluasi formal terhadap tindakan lanjutan Jepang terkait pengakuan Jepang adanya kerja paksa di Pulau Hashima. Namun, Jepang menolaknya dengan alasan hal itu harus diselesaikan secara bilateral di luar UNESCO. Pihak Korea Selatan menolaknya dan akhirnya diadakan voting apakah akan ada pembahasan tersebut atau tidak.

Hasilnya, dari 21 negara yang hadir, tujuh negara setuju dengan Jepang, tiga negara menolak usulan Jepang, dan sisanya abstain. Banyak anggota UNESCO yang setuju permasalahan tersebut diselesaikan secara bilateral karena sudah di luar yurisdiksi UNESCO.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini

(abr/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads