Di tengah ketidakpastian ekonomi global, pasar properti komersial Indonesia masih menunjukkan ketahanan dan tetap menarik minat investor asing. Hal ini tercermin dari laporan terbaru konsultan properti global JLL, yang mencatat bahwa investasi real estate komersial (commercial real estate/CRE) di Asia Pasifik naik 15% secara tahunan (YoY) pada kuartal II-2025 menjadi US$ 31,2 miliar, atau sekitar Rp 517 triliun.
Dari total tersebut, Indonesia disebut tetap menjadi salah satu destinasi investasi utama di Asia Tenggara, terutama di sektor manufaktur dan industri.
"Pasar real estate komersial Indonesia tetap menarik minat investasi pada kuartal dua 2025, khususnya di sektor manufaktur dan industri," ujar Farazia Basarah, Country Head JLL Indonesia, dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (6/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Farazia, meskipun perekonomian global masih diliputi ketidakpastian, permintaan domestik yang solid serta strategi penempatan modal yang selektif dari investor internasional membuat pasar Indonesia tetap kompetitif.
"Hal ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu destinasi investasi utama di Asia Tenggara yang terus berkembang," tambahnya.
Secara keseluruhan, JLL mencatat total investasi real estate komersial di Asia Pasifik pada paruh pertama 2025 mencapai US$67,6 miliar, naik 17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Negara-negara seperti Korea Selatan dan Jepang memang memimpin pertumbuhan regional, namun analis menilai momentum positif juga merembet ke pasar berkembang seperti Indonesia, yang memiliki potensi besar dari sektor industri, logistik, dan hunian sewa.
Dengan adanya penurunan biaya pembiayaan di beberapa negara dan prospek ekspansi bisnis manufaktur di Asia Tenggara, Indonesia dinilai akan semakin menarik bagi investor asing yang mencari diversifikasi portofolio.
Menurut data JLL, sektor perkantoran masih memimpin aktivitas investasi di kawasan Asia Pasifik dengan nilai transaksi mencapai US$13,3 miliar pada kuartal II-2025, naik 24% YoY.
Namun, sektor industri dan logistik menjadi salah satu yang paling dilirik karena berperan penting dalam rantai pasok regional. Di Indonesia, kebutuhan lahan industri dan gudang modern meningkat seiring pesatnya pertumbuhan e-commerce dan ekspansi manufaktur.
"Investor global kini melihat Indonesia bukan hanya sebagai pasar konsumsi besar, tapi juga sebagai pusat produksi dan logistik yang strategis," kata seorang analis properti kepada detikProperti.
Stabilitas ekonomi, pertumbuhan sektor manufaktur, serta pembangunan infrastruktur yang masif menjadi faktor utama yang menopang daya tarik Indonesia di mata investor properti.
Selain itu, kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi industri dan kemudahan perizinan investasi ikut memperkuat optimisme terhadap pasar real estate komersial di Tanah Air.
"Selama lima tahun terakhir, Indonesia konsisten menarik investor yang mencari imbal hasil jangka panjang di tengah volatilitas global," ujar Farazia.
(das/das)