Sektor hunian apartemen di Jakarta saat ini belum bisa dikatakan pulih. Penyerapan masih belum dikatakan baik sehingga pengembang menahan membuat proyek apartemen baru.
Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengatakan Jakarta Selatan masih menjadi lokasi favorit untuk proyek apartemen baru, terutama untuk kelas menengah dan menengah atas. Namun, pertumbuhan pasokan apartemen hingga 2027 berkurang cukup signifikan.
"Pasok yang kurang ini memberikan ruang untuk pasar itu bisa lebih seimbang karena memang yang terjadi saat ini memang penyerapan apartemen itu belum terlalu bagus sehingga memang secara otomatis developer itu mulai mengerem untuk tidak lagi terlalu agresif untuk mengeluarkan produk-produk baru mereka," ujar Ferry dalam Colliers Virtual Media Briefing Q3 2025, Rabu (1/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam paparannya, pasokan apartemen tahun 2025 lebih rendah 7 persen dari total pasok 2024. Pengembang kini fokus pada penyelesaian dibandingkan memulai proyek baru.
Pihaknya memproyeksikan sekitar 4.000 unit apartemen baru diluncurkan pada 2025. Sementara untuk 2026 dan 2027 diperkirakan tidak sampai seperempat angka tahun 2025, berdasarkan proyek yang sudah menyatakan siap. Kondisi ini memberikan ruang bagi pasar secara untuk bisa meningkatkan performanya.
Di sisi lain, Ferry menyebut ketersediaan apartemen sebenarnya tidak berlebihan kalau dibandingkan dengan jumlah penduduk Jakarta. Akan tetapi, kendala penyerapan apartemen terletak pada daya beli end user dan tingkat return of investment apartemen bagi investor.
"Kalau lihat potensinya tentu besar tapi bagaimana bisa membuat orang mau membeli. Terutama kalau dari end user itu syaratnya adalah bunganya rendah, DP-nya terjangkau, kemudian PPN DTP bisa berlangsung masih cukup waktu. Kemudian kalau dari sisi investor buyer, bagaimana mereka mendapat return yang tinggi, ya pasar sewanya ini harus hidup," jelasnya.
Di samping itu, ada pergeseran profil pembeli unit apartemen. Saat ini semakin banyak pembeli apartemen end user yang memang punya kebutuhan untuk menghuni. Adapun total serapan apartemen berdasarkan kelas secara umum kebanyakan dari kelas menengah, termasuk menengah bawah dan menengah atas.
Dalam paparannya, profil pembeli sebanyak 48 persen merupakan penghuni langsung, sedangkan 52 persen adalah investor. Komposisi tersebut lebih berimbang dibandingkan sebelumnya yang kebanyakan merupakan pembeli investor.
Kemudian dari segi pembelian, skema pembayaran dengan kredit pemilikan apartemen (KPA) mulai populer. Proporsi skema KPA mencapai 44 persen, sedangkan tunai 25 persen dan angsuran tunai 31 persen.
Menurut Ferry, jika ada pinjaman dengan tenor lebih panjang dari 20 tahun, akan ada ruang bagi generasi Milenial dan Gen Z untuk memiliki properti sendiri. Sebab, rentang cicilan lebih panjang dan uang muka dengan uang muka antara 5-30 persen.
Dari segi harga, secara umum apartemen masih stabil. Menurut Ferry, harga apartemen bisa bertumbuh pada 2026 kalau diimbangi dengan penjualan yang baik.
"Memang harga ini masih dipengaruhi oleh proyek-proyek baru yang masuk yang kemudian dia harganya bisa di atas harga rata-rata sehingga memang ada sedikit kenaikan," ucapnya.
Untuk service apartment, tren rental menunjukkan arah yang positif. Tingkat okupansi relatif cukup baik, terutama di kawasan CBD. Harga sewanya pun relatif masih stabil walau ada indikasi kenaikan.
"Kemudian untuk sektor service apartment secara umum developernya masih fokus bagaimana meningkatkan tingkat hunian apartemen. Jadi makanya di sini harga sewanya memang relatif masih stabil," tuturnya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(dhw/das)