Hunian vertikal sering disebut sebagai solusi perumahan di perkotaan seperti Jakarta. Banyak orang datang ke Jakarta untuk bekerja, tetapi kesulitan mempunyai rumah karena kawasannya sudah padat dan harga properti sangat mahal.
CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan tren hunian vertikal saat ini lokasinya mendekati transit oriented development (TOD). Namun, TOD yang sudah diterapkan sebenarnya belum benar-benar lengkap.
"Kita enggak ada betul TOD. Jadi memang perencanaan kita itu agak tertinggal masalah-masalah TOD. Kalau ada hunian apartemen kan tadi untuk kaum urban perkotaan di TOD, itu luar biasa. Tapi tadi tuh yang di TOD aja banyak yang macet," ucap Ali dalam Press Conference Golden Property Awards 2025: The Legacy di Raffles Hotel, Senin (29/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui, TOD adalah pengembangan yang mengintegrasikan desain ruang kota untuk menyatukan orang, kegiatan, bangunan, dan ruang publik. Hal itu melalui konektivitas yang mudah dengan berjalan kaki ataupun bersepeda serta dekat dengan pelayanan angkutan umum ke seluruh kota.
Menurut Ali, peminat terhadap hunian vertikal masih banyak. Akan tetapi, ketersediaan apartemen harganya terlalu mahal sehingga tak sesuai dengan daya beli masyarakat kelas menengah.
Para pengembang membuat apartemen dengan harga unit di atas Rp 1-2 miliar. Sementara itu, harga apartemen yang diminati dan mampu dibeli masyarakat menengah ada di angka Rp 500 juta-an.
Apartemen dengan harga segitu pun tidak ada di kawasan perkotaan seperti Jakarta menurut Ali. Alhasil, sebagian masyarakat memilih untuk menyewa daripada membeli hunian.
"Apartemen secara umum sekarang menurun kan? Melambat. Melambatnya kenapa? Karena enggak match sama demand-nya," ucapnya.
Peran pemerintah dibutuhkan untuk membuat hunian menengah di perkotaan. Ali mengatakan perlu ada insentif dan subsidi dari pemerintah untuk memudahkan masyarakat membeli rumah.
"Kalau enggak ada insentif pemerintah, di perkotaan enggak akan bisa buat hunian-hunian menengah itu enggak akan bisa. Karena harga tanah mahal, pengembang akan jual yang lebih mahal harga unitnya," tuturnya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(dhw/abr)