Fenomena nail house kerap ditemukan di China. Ya, di China sering ditemukan pemilik rumah yang enggan digusur untuk menciptakan ruang konstruksi.
Belum lama ini, seorang pria di sebuah desa di Guizhou, China enggan menyerahkan huniannya untuk dibeli oleh pemerintah yang kala itu ingin membuat resor mewah dengan pemandangan hamparan sawah yang indah. Pada 2018, sebagian daerah tersebut sudah rata dengan tanah namun masih ada beberapa keluarga yang enggan digusur, salah satunya adalah Chen Tianming.
Dilansir dari France 24, pria berusia 42 tahun itu tidak hanya mempertahankan rumahnya saja tetapi juga membangun rumah tersebut menjadi 10 lantai dari tahun ke tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chen membangun rumah 10 lantai itu menggunakan material sisa. Bentuknya pun tidak rapi dan lebih mirip dengan rumah reyot dibangun tanpa memperhatikan keamanan.
Menurut laporan media, lantai teratas tempat di mana Chen tidur pasti bergoyang ketika tertiup angin. Ia pun telah mengikat puluhan tali dan menancapkan beberapa kabel rumah tersebut ke tanah untuk menjaga struktur bangunan tetap kokoh.
"Saya mulai membangun karena alasan kepraktisan, mencoba merenovasi dan memperluas rumah kami," kata Chen kepada AFP, dikutip dari France 24, Selasa (16/5/2025).
Awalnya, rumah tersebut milik kakek Chen yang sudah berdiri sejak 1980-an. Kala itu, rumah tersebut hanya terdiri dari satu lantai dari tumpukan batu. Ia mulai mengubahnya menjadi rumah 10 lantai sejak ada tawaran penggusuran.
"Orang sering mengatakan tempat ini tidak aman dan harus dihancurkan. Tapi saya tidak akan pernah mempertahankan dari siapa pun yang mau merobohkannya," tuturnya.
Proses pembangunannya pun tidak dilakukan sekaligus, melainkan bertahap. Pada 2018, ia telah membangun hingga 4 lantai. Kemudian, lantai kelima rampung pada 2019, lantai keenam pada 2022, dan lantai ketujuh pada tahun 2023, dan saat ini sudah rampung 10 lantai.
Apa Kabar Penggusurannya?
Awalnya, pemerintah setempat berencana untuk membangun lokasi wisata dengan luas sekitar 3,24 juta meter persegi atau 800 acre, yang termasuk tanah milik keluarga Chen. Tempat wisata itu nantinya akan ada danau buatan hingga bioskop.
Pemerintah berjanji akan memberikan kompensasi, namun orang tua Chen menolaknya. Walaupun para tetangga mulai meninggalkan desa, Chen tetap teguh tinggal di rumahnya itu. Bahkan ia tidur sendiri di rumah tersebut selama dua bulan, khawatir kalau pengembang tiba-tiba menghancurkan rumahnya.
Enam bulan kemudian, seperti banyak proyek pembangunan yang tidak dipertimbangkan dengan matang di Guizhou yang terlilit hutang, resor tersebut dibatalkan.
Beberapa tahun terakhir, rumah Chen ini justru menarik wisatawan. Banyak masyarakat dari luar datang hanya untuk berfoto di depan rumahnya. Di media sosial China, banyak yang mendeskripsikan rumah Chen ini layaknya ilustrasi rumah di 'Howl's Moving Castle' serta 'Spirited Away' karya animator legendaris Jepang Hayao Miyazaki, sosok yang mendirikan Studio Ghibli.
Pada Agustus 2024 lalu, Chen mendapat surat permintaan untuk membongkar lantai atas rumah tersebut. Rumahnya juga dilabeli rumah ilegal, kecuali rumah asli di bagian bawah. Ia diminta telah membongkar rumah tersebut, kecuali bangunan asli rumah, dalam 5 hari.
Ia mengatakan telah menghabiskan puluhan ribu Yuan untuk melawan perintah dalam surat tersebut. Meskipun kalah dalam beberapa sidang pendahuluan, ia terus mengajukan banding, dan sidang berikutnya ditunda.
"Saya tidak khawatir. Sekarang tidak ada yang membangun di lahan itu, jadi tidak perlu lagi mereka merobohkannya," ujarnya.
(abr/das)