Kondisi ekonomi global yang tidak stabil ternyata turut berdampak pada industri ritel. Sebab, masih ditemukan ada banyak ruang ritel yang kosong di Jakarta.
Dalam laporan industri ritel di Jakarta pada semester I 2025 oleh Knight Frank Indonesia, dari total 4,3 juta m2 tenan ritel yang tersedia, tercatat ada 1 juta m2 tenan ritel yang masih kosong. Rata-rata hunian ritel di Jakarta yang sudah terisi mencapai 77,41%.
Banyaknya tenant di Jakarta yang masih kosong menimbulkan pertanyaan. Apa penyebabnya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat mengatakan tren retail global saat ini memang cenderung beralih ke belanja online. Kondisi tersebut yang membuat terjadinya banyak kekosongan tenan di mal karena lebih memilih membuka toko online daripada offline.
"Kita melihat bahwa tren ritel secara global saat ini telah beralih ke digital platform, sehingga banyak industri ritel yang masih challenging untuk mengisi ruang-ruang ritel yang kosong," kata Syarifah dalam konferensi pers online Jakarta Property Highlights H1 2025, Kamis (11/9/2025).
Rata-rata harga sewa tenan di Jakarta pada semester 1 2025 mengalami peningkatan di angka Rp 804.383 per m2 dan service charge juga meningkat sebesar Rp 168.117 per m2. Kenaikan harga sewa dan service charge juga ikut memengaruhi okupansi tenan ritel saat ini.
General Manager General Agency Knight Frank Indonesia Frank Tumewa juga menyebut faktor utama banyak tenan ritel yang kosong karena pergeseran perilaku belanja masyarakat dari offline menjadi online. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang memicu ruang ritel belum terisi penuh.
"Selain karena perubahan perilaku konsumen ke belanja online, bisa juga karena persaingan antara mal yang sangat kompetitif," ujar Frank.
Fenomena rombongan jarang beli (Rojali) dan rombongan hanya nanya (Rohana) turut memengaruhi okupansi tenan. Dengan perilaku konsumen yang memilih belanja online, banyak tenan yang kini membuka toko online karena angka penjualan offline cenderung turun. Hal itu yang membuat banyak tenan kosong di Jakarta.
"Karena kalau kita lihat sekarang lagi tren Rohana, banyak orang ke mal sekarang cuma hanya lihat-lihat dan nanya tapi tidak beli, sehingga para tenan juga harus melakukan inovasi antara pengalaman belanja online dan offline," jelasnya.
Frank mengatakan strategi manajemen setiap mal turut memengaruhi tingkat okupansi tenan di Jakarta. Dengan mengetahui tren serta menyesuaikan pasar saat ini, maka tenan yang kosong perlahan bisa terisi penuh.
Untuk mengatasi masalah ini, Frank berujar ada beberapa strategi yang bisa diterapkan, seperti melakukan strategi pemasaran yang efektif, menerapkan strategi digital marketing yang masif, dan melakukan analisis pasar.
"Manajemen mal juga perlu melakukan penataan dan desain yang menarik, mereka juga harus mengelola tenan yang baik dan benar, tenan mix-nya juga harus diatur agar menarik pengunjung," paparnya.
Meski banyak tenan yang kosong, Syarifah memprediksi industri ritel akan mengalami peningkatan di akhir 2025. Hal ini didorong oleh momen liburan akhir tahun karena banyak pengunjung yang pergi ke mal, sehingga membuka peluang bagi tenan untuk menghasilkan cuan.
Selain itu, sejumlah tenan di kelas premium grade A mulai mencoba menawarkan pop-up store dan menyediakan ruang-ruang exhibition. Langkah ini diyakini bisa meningkatkan okupansi tenan ritel yang masih kosong dalam jangka panjang.
"Beberapa ritel terutama di kelas premium grade A mulai mencoba menawarkan pop-up store dan menyediakan ruang exhibition, sebagai upaya untuk terus meningkatkan kolaborasi dengan tenan-tenan baru," pungkas Syarifah.
(ilf/zlf)