Kondisi ekonomi global yang tidak stabil turut berdampak ke sektor properti. Bisnis sewa apartemen mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pada semester I 2025, data dari Knight Frank Indonesia mencatat total pasokan apartemen saat ini sebanyak 10.290 unit. Lalu, terdapat tambahan 240 unit yang datang dari 1 proyek baru di area CBD (Central Business District).
Rata-rata tingkat hunian apartemen di Jakarta pada semester I 2025 hanya 65,6%, mengalami penurunan sekitar 1% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski pasar sewa apartemen cenderung tidak stabil, tapi dengan adanya penambahan 240 unit baru menunjukkan sinyal positif. Selain itu, apartemen sewa masih ditopang oleh ekspatriat asal Asia, seperti China, Jepang, dan Korea Selatan dan sebagian juga dari Eropa.
"Kita tidak bisa pungkiri bahwa kontribusi ekspatriat dan korporat di sektor sewa apartemen menjadi backbone dalam occupancy rate untuk apartemen sewa yang biasanya menyewa dalam jangka panjang," kata Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat dalam acara online Knight Frank Jakarta Property Highlights H1 2025, Kamis (20/8/2025).
General Manager General Agency Knight Frank Indonesia Frank Tumewa menyarankan kepada developer apartemen agar melakukan sejumlah terobosan untuk meningkatkan bisnis sewa apartemen. Salah satu langkah yang diambil adalah memilih lokasi yang potensial, seperti di kawasan berorientasi transit atau TOD.
"Kemudian penyesuaian desain dan fitur juga harus diperhatikan karena dapat meningkatkan minat pembeli dan sesuai target," ujar Frank.
Frank menyebut pemberian gimmick-gimmick juga dapat menarik minat konsumen untuk menyewa hunian. Gimmick tersebut bisa berupa diskon besar atau mendapatkan undian doorprize.
Harga yang kompetitif juga dapat meningkatkan penjualan unit apartemen, tapi perlu diimbangi dengan biaya operasional yang efektif agar harga sewanya tidak mahal.
"Penting untuk memastikan biaya operasional yang efektif dan rendah sehingga tidak memberatkan harga," ucapnya.
Senada dengan Frank, Syarifah mengatakan penting untuk menentukan lokasi yang tepat agar hunian apartemen bisa laris manis disewa konsumen.
Lalu, Syarifah menyebut developer harus mengetahui target market dari apartemen yang dibangun. Apakah menyasar pasar generasi Milenial dan Gen Z yang saat ini tengah mencari hunian baru atau bukan.
"Bagaimana populasi atau komposisi dari demografi di kota tersebut, kalau memang demografi yang terbesar adalah Milenial dan Gen Z, artinya produk yang dihasilkan harus sesuai dengan apa yang mereka butuhkan dan terjangkau oleh segmen tersebut," papar Syarifah.
Lebih lanjut, Syarifah menilai developer harus cermat dalam memilih lokasi untuk membangun apartemen. Saat ini, apartemen yang berada di kota satelit dan dekat transportasi publik sangat menggiurkan karena memudahkan konsumen untuk bepergian.
"Penting untuk memilih area di edge of the city, area yang mendekat hinterland (kota satelit), atau area-area yang dekat dengan transportasi publik, misalnya dekat LRT, KRL, atau MRT," imbuhnya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(ilf/abr)