Proyek apartemen mangkrak bukan hanya terjadi di Tanah Air, kisah serupa juga ditemukan di China. Di tengah ketidakpastian kelanjutan proyek tersebut, konsumen terus berteriak mempertanyakan nasib tempat tinggalnya.
Kisah apartemen mangkrak yang baru-baru ini viral di Douyin, aplikasi sejenis TikTok di China, diungkap oleh Rebecca Wei. Ia baru saja menempati unit apartemen yang dibelinya setelah berjuang selama 4 tahun. Meski telah resmi menempati rumah barunya, kondisinya jauh dari yang diharapkan. Di dalamnya tidak ada air, listrik, tanda peringatan kebakaran, hingga jalan masuk yang layak. Bahkan lantai unitnya masih berupa semen acian.
![]() |
Apartemen yang dibelinya merupakan salah satu proyek yang berhenti di tengah jalan karena pengembang gagal mendapat likuiditasnya. Apartemen tersebut berada di kota Luoyang, Tiongkok bagian tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wei dan pasangannya membeli apartemen di perumahan Yunhu Shangyuan milik Evergrande pada tahun 2019. Pada saat itu China tengah gencar mendorong program perumahan. Wei memilih rumah kecil yang lengkap dengan perabotan sebesar 830.000 yuan atau setara dengan Rp 1,8 miliar (kurs Rp 2.251).
Namun, tahun berikutnya pemerintah China mengeluarkan kebijakan untuk mengendalikan lonjakan utang di sektor properti, yakni dengan program Tiga Garis Merah. Program ini mencegah pengembang mengambil pinjaman dengan jumlah berlebih.
Program tersebut bukan lagi menghambat banyak proyek pembangunan yang tengah berjalan, melainkan mematikan sebagian besar di antaranya. Salah satunya apartemen yang dibeli oleh Wei.
Evergrande, perusahaan yang bertanggung jawab terhadap proyek apartemen tersebut tidak bisa mengantisipasi penjegalan ini. Perusahaan tersebut gagal membayar sejumlah obligasi dan menghentikan pembangunan jutaan apartemen. Banyak proyek dihentikan karena kesulitan untuk mengatasi masalah keuangan mereka.
Usai proyek tersebut ditinggalkan, konsumen mulai mempertanyakan nasib rumah yang telah mereka beli. Bersama para pembeli rumah lainnya, Wei menghabiskan waktu berbulan-bulan mengajukan petisi kepada pemerintah untuk membantu memastikan rumah mereka selesai dibangun.
Ia yang hanya pekerja di kedai teh susu dan kafe internet tidak memiliki solusi lain selain memperjuangkan agar rumah tersebut selesai dibangun dan bisa segera ditempati. Ia sudah membayar cicilan rumah, meski belum selesai.
Wei dan konsumen lain sempat berbahagia saat pemerintah Beijing meluncurkan kampanye "pengiriman terjamin" untuk mengembalikan proyek apartemen yang mangkrak dan menstabilkan pasar.
Kebijakan ini yang membantunya mendapatkan apartemen yang sudah dibelinya. Namun, kondisinya tidak sesuai harapan. Bukan hanya unit tersebut, melainkan bangunan apartemen tersebut tidak mengalami perubahan besar sejak terakhir pembangunannya dihentikan pada 2021.
Bukan hanya kondisi apartemennya yang belum layak, Wei juga tidak mendapatkan surat-surat kepemilikan atas unit tersebut karena pemerintah tidak dapat menerbitkannya. Apartemen tersebut belum layak ditempati sehingga harus diselesaikan.
Wei sadar jika penyerahan unit tersebut tidak menguntungkan baginya karena dia tidak bisa menjual unit tersebut, melanjutkan pembangunan sendirian, dan tidak akan menerima kompensasi yang layak jika terjadi pembongkaran paksa. Meski begitu, ia tetap menempati unit tersebut dengan segala keterbatasan.
"Kami yang membutuhkan perumahan, telah mendesak habis-habisan. Bagi masyarakat biasa, kami tidak bisa berhenti bekerja dan menjalani hidup. Kami tidak sanggup menghabiskan seluruh waktu kami untuk hal ini," kata Wei seperti yang dikutip dari SCMP, Rabu (13/8/2025).
Wei merupakan satu dari ratusan konsumen yang menjadi korban proyek apartemen mangkrak yang tidak menerima kejelasan dari pengembang. Masalah apartemen mangkrak ini juga bukan hanya menjadi beban bagi konsumen, melainkan pemerintah yang harus mengatasi efek domino dari pembatasan jumlah pinjaman kepada pengembang beberapa tahun lalu.
Kampanye "pengiriman terjamin" berhasil menyelesaikan lebih dari 6 juta rumah antara tahun 2022-2024. Namun, hingga saat ini jumlahnya bukan bertambah, melainkan melambat. Lebih dari 500.000 unit apartemen telah dikirimkan pada paruh pertama tahun 2025.
Di satu sisi, Evergrande akan didepak dari bursa saham Hong Kong pada tanggal 25 Agustus, dengan perdagangan sahamnya telah ditangguhkan sejak Januari 2024.
(aqi/das)