Tempat tinggal adalah kebutuhan dasar setiap orang. Namun, berbeda dengan pakaian atau makanan, harga rumah jauh lebih tinggi dan butuh bertahun-tahun untuk membelinya apabila kondisi ekonominya rendah.
Banyak orang akhirnya beralih mencari tempat tinggal yang terjangkau, meskipun statusnya adalah tempat tinggal sewa. Bentuknya beragam, salah satu yang sedang naik daun di China adalah dengan tinggal di hotel.
Dilansir Oddity Central, beberapa pemuda di China mengaku telah lama tinggal di hotel dan nyaman karena biaya sewanya yang murah. Selain itu, mereka juga mendapat banyak fasilitas mewah yang sulit didapat apabila menyewa apartemen atau rumah tapak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hu Weiwei mengungkapkan telah mencoba untuk tinggal di apartemen sewa sejak lulus kuliah pada 2022 lalu. Namun, pada saat itu ia mengalami beberapa hambatan seperti uang muka yang besar, kontrak sewa yang tidak jelas, dan tuan tanah yang terkadang menyebalkan.
"Bagi seseorang dengan kecemasan sosial seperti saya, berurusan dengan tuan tanah adalah hal terburuk, itu seperti mimpi buruk," ungkap Hu Weiwei, seperti yang dikutip detikcom, Minggu (27/4/2025).
Kemudian, ia mencoba untuk menginap di hotel. Sebagai seorang pemain game profesional, ia tidak mendapatkan akomodasi penginapan dari kantor yang menaunginya. Akhirnya ia memilih untuk tinggal di hotel.
Setelah itu, ia merasa sangat nyaman tinggal di sana karena tidak perlu membersihkan kamar, AC dapat menyala 24 jam setiap hari, area komersial seperti toko dan restoran berada di sekitar hotel. Kemudian lokasi hotelnya dekat dari stasiun kereta bawah tanah.
Untuk biaya yang dikeluarkan, Hu hanya membayar 2.500 yuan atau setara dengan Rp 5,7 juta (Kurs Rp 2.314) per bulan. Jika dibandingkan dengan biaya tinggal di apartemen bersama (sharing) adalah 1.000 yuan atau Rp 2,3 juta per bulan. Kemudian, apabila tinggal sendiri di apartemen tersebut harus menyiapkan 2.000-3.000 yuan atau Rp 4,6-6,9 juta per bulan.
Hu mengatakan ia tidak hanya tinggal di 1 hotel saja selama beberapa tahun belakangan ini. Ia pernah tinggal lama di hotel-hotel di Shanghai dan Suzhou. Sekarang ia tinggal di sebuah hotel di kota kelahirannya di Provinsi Jilin di timur laut China.
Selain Hu, ada seorang pemuda asal China lain yakni Tang Miaomiao yang juga tinggal di hotel. Ia mengatakan banyak pelayanan yang didapat dengan tinggal di hotel.
"Dengan persewaan tradisional (rumah), kamu perlu membayar sewa sebulan penuh sebagai biaya agensi. Itu tidak sepadan untuk masa inap jangka pendek. Staf hotel secara khusus membuat pangsit untuk kami pada Malam Tahun Baru dan tim sarapan ingat bahwa saya suka mi," ungkapnya.
Profesor madya pariwisata di Universitas Fudan Shanghai, Wu Ben, menanggapi fenomena ini dimulai sejak pandemi Covid-19 melanda dunia. Banyak hotel akhirnya membuat layanan penginapan dengan harga pasar yang terjangkau, tetapi dengan fasilitas yang memuaskan bagi para tamu.
"Secara operasional, tamu jangka panjang adalah yang ideal. Mereka tidak terlalu menuntut dalam hal perawatan kamar," jelanya.
Dilaporkan Sixth Tone, menurut data dari Jin Jiang Hotels China Region, jaringan hotel nasional yang berkantor pusat di Shenzhen, provinsi Guangdong, per 1 Januari hingga 19 Maret, jumlah tamu berusia di bawah 40 tahun yang menginap di salah satu propertinya selama lebih dari sebulan meningkat lebih dari 1,5 kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Ternyata tren ini digandrungi oleh pemuda dengan berbagai latar belakang seperti pelancong bisnis, pekerja lepas, dan profesional muda. Alasan utamanya adalah mereka tertarik dengan penghematan biaya, fleksibilitas, dan fasilitas seperti layanan kebersihan dan akses ke pusat kebugaran.
"Beberapa hotel memperkenalkan potongan harga untuk masa inap panjang yang sangat sesuai dengan harga apartemen di lingkungan yang sebanding, dikurangi biaya seperti deposit dan utilitas," kata seorang staf di Jin Jiang Hotels China Region kepada Sixth Tone.
"Menginap di hotel dalam jangka panjang memungkinkan gaya hidup 'selesai dan pergi'. Dapat menyesuaikan lokasi sesuai kebutuhan, kapan saja, menghindari ketidaknyamanan dan kerugian yang disebabkan oleh penyewaan properti," lanjutnya.
(aqi/das)