Presiden Amerika Serikat, Donald Trump berencana untuk mengambil alih Gaza, Palestina dan mengubahnya menjadi kawasan real estate. Rencana ini mengharuskan warga Gaza pergi dari tanah kelahiran mereka.
"AS akan mengambil alih Jalur Gaza dan kami juga akan melakukan pekerjaan di sana. Kami akan menguasainya," kata Trump seperti yang dikutip dari The Guardian, Kamis (27/2/2025).
The Guardian menyebut langkah yang diambil Trump sebagai tindakan pembersihan etnis terhadap populasi sekitar 2 juta orang. Tindakan yang dinilai cukup ekstrem ini ternyata mendapat banyak dukungan dari sekutu Trump, baik secara politik maupun finansial. Dukungan untuk menguasai Gaza ini telah terlihat sejak periode pertama Trump menjabat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kushner, mantan broker properti yang menikah dengan putri Trump, Ivanka, pada tahun lalu sempat menyinggung soal potensi yang besar dari properti di tepi laut Gaza. Ia juga menyarankan agar Israel dapat membersihkan Gaza dari warganya.
Trump membeberkan ia akan berfokus pada pengembangan properti di sana. Ia telah memilih duta besar AS berikutnya untuk Israel adalah Steven Witkoff yang merupakan seorang investor dan pengembang real estate serta miliarder Amerika.
Rencana mengenai mengambil alih Gaza ini serupa dengan impian pihak Israel. Mereka ingin mengembangkan kawasan ekonomi di wilayah pesisir. Mereka juga ingin membangun pulau buatan di lepas pantai Gaza untuk Pelabuhan dan bandara. Rencana ini sudah sempat disampaikan oleh mantan Menteri Luar Negeri Israel kepada diplomat Uni Eropa, tetapi pada saat itu tidak terealisasi.
Sementara itu, Israel telah merebut dan menduduki Tepi Barat, Gaza, dan Yerussalem Timur selama lebih dari 60 tahun. Selama itu, Israel tidak pernah mengakui tindakan apartheid di Tepi Barat dan genosida di Gaza yang telah menewaskan sekitar 50 ribu orang.
Bahkan dalam rencana mengubah Gaza menjadi kawasan real estate juga bukanlah solusi terhadap kasus kejahatan yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
(aqi/aqi)