Polisi tidur kerap ditemukan di berbagai tempat, seperti perumahan, jalan lingkungan rumah, hingga jalan raya. Keberadaannya diperlukan agar pengendara bermotor lebih berhati-hati.
Namun membuat polisi tidur perlu dilakukan atas izin warga maupun RT setempat, apalagi jika dilakukan di lingkungan perumahan. Jangan sampai seperti kasus yang terjadi di Bogor, seorang pria ditusuk karena diduga bikin polisi tidur di perumahan tanpa izin RT.
Berbicara mengenai polisi tidur, gundukan melintang di atas jalanan ini memang berfungsi untuk mengurangi kecepatan pengguna jalan. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai polisi tidur, yuk simak informasi berikut ini.
Istilah polisi tidur tidak hanya ada di Indonesia. Dalam bahasa Inggris juga dikenal 'sleeping policeman' atau yang dalam bahasa Indonesia berarti polisi tidur.
Sleeping policeman ini sama seperti speed bump yang berarti gundukan yang melintasi jalan terutama di kompleks perumahan untuk menghalangi pengguna kendaraan bermotor mengebut, dikutip dari dictionary.com.
Sementara itu, dalam catatan detikcom disebutkan bahwa istilah polisi tidur diakui dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga tahun 2001. Dalam KBBI, polisi tidur merupakan bagian permukaan jalan yang ditinggikan secara melintang untuk menghambat laju kendaraan.
Usut punya usut, polisi tidur pertama kali digunakan di Amerika Serikat. Dilansir dari driving.org, polisi tidur pertama kali muncul pada 22 April 1906 di jalanan Chatham, New Jersey, Amerika Serikat.
Kala itu, polisi tidur bertujuan untuk mengurangi kecepatan kendaraan bermotor yang biasanya mencapai 30 meter per hour (mph) di kawasan permukiman.
Lalu, sekitar 50 tahun kemudian, polisi tidur dari karet atau rubber speed bump diciptakan oleh ilmuwan pemenang Nobel, Arthur Holly Compton.
Kala itu, Compton merasa terganggu dengan kendaraan yang lewat dengan kecepatan tinggi. Belum lagi tingkat kecelakaan meningkat seiring dengan banyaknya industri yang memproduksi mobil dengan kecepatan tinggi dan minimnya regulasi berkendara.
Melansir dari sinoconcept.co.uk, setelah mempertimbangkan kemungkinan adanya kecelakaan antara pengendara dengan pejalan kaki, akhirnya Compton dengan cermat mempelajari cara untuk mengendalikan kecepatan mobil dengan menerapkan pengetahuan fisika yang dimilikinya.
Setelah itu, desainnya diadaptasi di luar universitas dan di berbagai negara bagian Amerika Serikat bahkan di seluruh dunia.
(abr/das)