Setiap orang pasti menginginkan tinggal di rumah yang tenang dan damai. Namun, tidak semua orang mendapatkan kesempatan itu. Salah satunya adalah penghuni rumah susun (rusun) di bawah jalan layang atau disebut pula dengan jembatan Shuikousi di China.
Dilansir Daily Mail, penghuni rusun tersebut sehari-hari merasakan getaran pada bagian atap ruang tamu dan kaca jendela setiap kendaraan lewat di atasnya. Getaran ini juga diikuti dengan suara bising yang memekakkan telinga.
Salah satu warga, Lao Yang, mengungkapkan dia butuh waktu lama untuk terbiasa dengan keadaan ini. Sebelumnya, ia harus memakai kapas di telinga untuk menyumbat suara bising.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan pada saat daerahnya diguncang gempa Wenchuan pada 2008 lalu, ia tidak merasakan getaran tersebut sebagai gempa karena rumahnya sudah sering bergetar. Padahal gempa Wenchuan ini berkekuatan 8.0 skala Richter.
Kebisingan sedikit berkurang sejak pemerintah melarang truk besar melintas dan memperbolehkan truk ringan lewat pada siang hari saja. Peraturan ini mulai berlaku sejak September 2009 semenjak dibukanya Jalan Tol Kota Guiyang.
Ketika penghuni rusun mulai berdamai dengan kebisingan dan getaran, masalah baru justru muncul. Debu jalanan dari jalanan di atasnya dari hari ke hari semakin banyak dan menghantui hunian mereka.
Ada pun, jalan layang ini telah berdiri sejak Mei 1997. Jalanan ini merupakan jalur utama ini menuju bandara Longdongbao yang membentang sepanjang 300 meter.
Letak jalan layang ini hanya berjarak beberapa meter di atas rusun sewa biaya rendah. Rusun ini terdiri dari 10 bangunan yang berdiri layaknya kaki-kaki penyangga jalan layang.
Bangunan rusun terdiri dari 8-9 lantai dengan atap gedung yang datar seperti dak beton. Bangunan di sekeliling rusun ini juga berupa hunian vertikal dengan tinggi yang tidak beda jauh.
Kota Guiyang, tempat rusun dan jalan layang ini berada, terletak di barat daya Tiongkok. Dihuni oleh 4 juta jiwa penduduk dan terletak di persimpangan empat bagian utama jaringan jalan raya nasional.
(aqi/zlf)