Data dari OJK mengungkapkan sektor real estate tidak mengalami peningkatan atau cenderung stabil di kisaran 29%. Padahal sektor ini seharusnya dapat menyumbang lebih banyak terhadap perekonomian.
Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan Merangkap Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae mengatakan kondisi real estate yang menurun ini terlihat dari penjualan properti di pasar premier yang turun pada triwulan III 2024 -7,14% yoy dari capaian periode sebelumnya 27,30% yoy.
"Demand terhadap perumahan menurun. Padahal seharusnya bisa lebih besar," kata Dian saat menghadiri acara 'Dialog bersama Asosiasi Pengembang dalam Rangka Percepatan Penyaluran Program 3 Juta Rumah' di Jakarta pada Jumat (29/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apabila dilihat dari harga properti residensial, menurutnya masih menggeliat meskipun terbatas.
"Indeks harga residensial itu, triwulan III 2024 itu sebesar 1,46% yoy, lebih rendah dari triwulan II 1,76% yoy," ujarnya.
Peningkatan harga terbesar terjadi pada rumah tipe kecil sebesar 91,79% yoy. Sementara harga rumah menengah dan besar cenderung cukup lambat 1,04% yoy dan 1,43% yoy pada 2023 dan 2024.
"Jadi pertumbuhan harga properti terutama untuk tipe kecil dan menengah itu masih disebabkan karena spekulasi dan kebiasaan konsumen menjadikan properti sebagai sarana investasi untuk dijual kembali di masa depan, bukan sarana tempat tinggal," jelasnya.
Kemudian, upah minimum provinsi belum mampu mendorong daya beli masyarakat untuk rumah hunian. Maka dari itu, menurutnya perlu banyak penyesuaian dan insentif yang harus diberikan.
"Kami dari OJK dan BI sedang melakukan adjustment dari finance, terhadap kebijakan pemerintah agar kami bisa memberikan bantuan terhadap sektor perumahan ini," tuturnya.
(aqi/das)