Bank Dunia atau World Bank sempat melakukan penelitian terkait rumah di Indonesia yang sebagian besar masih menggunakan cat mengandung timbal. Produsen cat pun buka suara terkait temuan ini.
Asosiasi Produsen Cat Indonesia (APCI) mengatakan, cat tembok atau cat dekoratif di Indonesia sudah bebas timbal. Pun jika masih ada yang mengandung timbal, jumlahnya sudah sesuai dengan rekomendasi World Health Organization (WHO) yaitu di bawah 90 parts per million (ppm).
"Iya, iya (cat tembok di Indonesia bebas timbal). Timbal lebih banyak ada di baterai. Pun kalau ada timbal pada cat itu kandungannya kecil jika dibandingkan dengan baterai," kata Sekretaris Jenderal APCI, Markus Winarto kepada detikcom, Jumat (15/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Markus mengatakan, di dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) juga sudah tertuang anjuran kandungan timbal sesuai dengan rekomendasi WHO. Ia juga menuturkan, produsen cat dari skala menengah ke bawah hingga ke kelas atas telah mengikuti anjuran yang ada di SNI walaupun belum semua produk cat tersertifikasi SNI.
"Kalau untuk B2B (Business to Business) atau kayak kementerian, ini kan kalau kementerian sudah mewajibkan harus punya sertifikat SNI, misalnya Kementerian PUPR. Waktu itu kami sudah bilang 'mengenai biaya gimana?' 'oh itu nggak masalah, masukkan semua cost ke harga produknya, nggak apa-apa' dia bilang. Nah oke beres. Nah kalau di toko ritel, di pasar bebas, kita belum berani (mewajibkan) SNI," tuturnya.
Ia menuturkan, untuk produsen cat menengah ke bawah yang menjual produknya di pasar ritel, pihaknya sudah mengimbau untuk mengikuti anjuran SNI dalam proses produksi. Sebab, untuk mendapat sertifikasi SNI membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di sisi lain, jika ada proyek pemerintah yang menggunakan cat dekoratif, misalnya seperti pembangunan gedung, sudah dipastikan tersertifikasi SNI.
"Waktu saya cek bikin SNI untuk 1 produk Rp 18 juta. SNI ini hanya berlaku 4 tahun, jadi harus sertifikasi lagi. Tapi tiap tahun ada pemeriksaan surveillance lagi dan biaya surveillance Rp 14 juta. Berapa banyak jenis cat yang ada? Ratusan, warnanya beda-beda semua kan. Itu baru cat tembok dekoratif, belum yang lain-lain, cat kayu, cat kapal, cat otomotif, ratusan bahkan ribuan jumlahnya. Mau berapa besar biayanya, yang (produsen) kecil sanggup nanggung itu semua nggak? Kalau produsen besar tidak masalah kalau diwajibkan," jelasnya.
Ia mengatakan, produsen cat yang memakai timbal tidak hanya produsen kecil, tetapi produsen-produsen besar juga melakukannya. Meski demikian, ia menegaskan bahwa produk cat yang dihasilkan di Indonesia sudah memenuhi standard kandungan timbal menurut anjuran WHO.
Di sisi lain, ia mengaku bahwa untuk cat kayu, cat besi, maupun cat kapal masih banyak yang mengandung timbal. Hal itu terjadi karena beberapa hal yaitu cat yang mengandung timbal lebih tahan korosi, warna yang lebih cerah, lebih tahan lama, mudah dicampur, cepat kering, dan harganya murah. Terkait dengan cat kapal, memang belum ada aturan untuk pembatasan timbal. Aturannya masih mengikuti International Marine Organization, yang belum ada pembatasan penggunaan logam berat salah satunya timbal.
Sebelumnya diberitakan, Bank Dunia (World Bank) mengeluarkan hasil penelitian berjudul A Toxic Threat to Indonesia Human Capital: Prevalence and Impact of Lead Paint in Indonesian Homes, dari sampel rumah tangga yang diteliti menemukan 44,8% masyarakat Indonesia tinggal di rumah yang memakai cat mengandung timbal. Kebanyakan rumah tangga atau sekitar 57,9% menggunakan cat interior mengandung timbal.
Penelitian tersebut dilakukan pada November-Desember 2023 terhadap 5.506 rumah tangga yang terdiri dari 17.455 individu di seluruh Indonesia.
Peneliti juga meneliti sampel cat untuk membuktikan apakah mengandung timbal atau tidak. Mereka membeli 136 sampel cat dari 68 toko cat lalu melakukan uji coba untuk melihat kandungan timbal di dalamnya. Dari 136 sampel cat yang diuji coba, sebanyak 105 atau sekitar 77% cat mengandung timbal.
(abr/zlf)