Saat ini, masih banyak rumah di Indonesia yang menggunakan cat mengandung timbal. Hal itu terjadi di berbagai pulau di Indonesia.
Bank Dunia melakukan penelitian di Indonesia pada November-Desember 2023 terhadap 5.506 rumah tangga yang terdiri dari 17.455 individu di seluruh Indonesia. Hasilnya tertuang dalam hasil penelitian Bank Dunia (World Bank) berjudul A Toxic Threat to Indonesia Human Capital: Prevalence and Impact of Lead Paint in Indonesian Homes, dari sampel rumah tangga yang diteliti menemukan 44,8% masyarakat Indonesia tinggal di rumah yang memakai cat mengandung timbal. Kebanyakan rumah tangga atau sekitar 57,9% menggunakan cat interior mengandung timbal.
Cat yang mengandung timbal paling banyak ditemukan di Maluku dan Papua dengan 77% rumah tangga yang menggunakan. Selanjutnya ada Sumatera, di mana 76% rumah tangga menggunakan cat terpapar timbal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, di Kalimantan ada 64% rumah tangga yang catnya positif mengandung timbal. Di Sulawesi ada 61% rumah tangga yang menggunakan cat mengandung timbal.
Sementara itu, Jawa-Bali memiliki 51% rumah tangga yang menggunakan cat mengandung timbal. Selanjutnya ada Nusa Tenggara dengan prevalensi paling rendah di antara wilayah-wilayah tersebut, yaitu 46%.
Selain itu, penelitian juga dilakukan pada sampel cat untuk membuktikan apakah mengandung timbal atau tidak. Peneliti membeli 136 sampel cat dari 68 toko cat lalu melakukan uji coba untuk melihat kandungan timbal di dalamnya. Dari 136 sampel cat yang diuji coba, sebanyak 105 atau sekitar 77% cat mengandung timbal.
Hasil tersebut didapatkan pada cat berbagai warna, dengan warna putih dan krem memiliki tingkat timbal yang tinggi yaitu 75% atau 36 dari 48 cat warna putih dan 80% atau 28 dari 35 cat warna krem mengandung timbal.
Cat warna hijau juga menunjukkan tingkat kontaminasi yang signifikan yaitu 83% atau 19 dari kaleng cat sampel menunjukkan hasil positif. Lalu, cat abu-abu sebanyak 63% atau 10 dari 16 kaleng cat, sementara warna biru sebanyak 90% atau 9 dari 10 kaleng cat menunjukkan hasil positif timbal.
Cat oranye, ungu, dan kuning memiliki ukuran sampel yang minimal, dengan hanya satu atau dua sampel yang diuji, tetapi setiap warna memiliki setidaknya satu hasil positif. Tidak ada warna cat yang terbukti bebas timbal secara konsisten.
Di sisi lain, secara geografis juga menunjukkan perbedaan regional terkait cat yang mengandung timbal yang signifikan. Sumatera memiliki jumlah hasil positif tertinggi, dengan 33 dari 40 sampel (83%) mengandung timbal. Sulawesi juga menunjukkan tingkat kontaminasi timbal yang tinggi, dengan 93% (22 dari 24) sampel menunjukkan hasil positif.
Demikian pula, wilayah Maluku & Papua memiliki prevalensi yang tinggi, dengan 88% (14 dari 16) sampel menunjukkan hasil positif timbal. Wilayah Jawa-Bali, meskipun memiliki jumlah hasil positif yang lebih rendah, masih mencatat persentase yang signifikan, dengan 61% (17 dari 28) sampel yang dinyatakan positif.
Wilayah Kalimantan dan Nusa Tenggara memiliki tingkat kehadiran timbal yang agak lebih rendah, dengan masing-masing 70% (14 dari 20) dan 63 persen (5 dari 8) sampel yang dinyatakan positif.
(abr/zlf)