Rumah Nenek Hasna berada di RT 08 RW 012 Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Sebuah permukiman padat penduduk, rumah berhimpitan dan satu rumah bisa dihuni banyak anggota keluarga.
Ia sudah menghuni rumah tersebut sekitar 20 tahun lamanya. Awalnya Nenek Hasna membeli rumah bersama sang suami untuk dihuni dengan tiga orang anaknya. Kini ia tinggal bersama anak, cucu, dan cicitnya.
Dulu ia membeli rumah tersebut seharga Rp 1 juta. Bangunan rumahnya kala itu masih dari material kayu.
"Tahunnya lupa, rumah masih sejuta (Rp 1 juta). Beli sejuta nggak kayak begini (bentuknya)," ujar Nenek Hasna ketika ditemui detikProperti di kediamannya, Selasa (5/11/2024).
"Rumah kayu, lupa (tahun beli) zaman dulu murah. Zaman sekarang mah boro-boro dapat sejuta," tambahnya.
Kemudian, ia mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk merenovasi rumah pada tahun 2016. Rumah yang tadinya dari kayu menjadi bangunan yang lebih kokoh dari bata.
Namun, sekarang kondisi rumah sudah mulai rusak. Cat mengelupas, atap bocor, dan ubin lantainya retak.
"Dibantuin (renovasi) ini dulu udah hancur lagi (rumah). Udah hancur banget, udah lama (direnovasi)," katanya.
Ketika pertama membeli, ia merasa rumahnya masih terjangkau dan ukurannya cukup besar. Berbeda dengan kondisi sekarang yang harga rumah mahal. Belum lagi isi rumahnya sudah penuh.
"Ini dua lantai. Dulu masih murah sekarang boro-boro dapet. Dulu mah katanya gede, sekarang mah nggak ada apa-apanya. Penghuni banyak (penghuni), pusing," tuturnya.
Selain itu, rumahnya sudah terlalu sempit untuk dihuni keluarga besarnya. Untuk tidur saja ia berdesak-desakan. Nenek Hasna sering kali tidur tanpa alas di atas ubin dan menempel pintu depan.
"Itu (cucu) kalau nangis di atas (mungkin karena) kesempitan kali, turun ke (lantai) bawah. Jadi kita nggak bisa tidur, (tidur sambil) duduk nyender ke pintu," ucapnya.
"Sempit. Tidur aja menekuk kaki," imbuhnya.
Nenek Hasna berharap bisa mendapat tempat tinggal yang lebih luas agar keluarganya bisa tidur dengan lebih nyaman. "Pengennya rumah yang gede gedong biar anak-anak enak tidur," ungkapnya.
Namun, ia tidak ingin menjual rumahnya. Apabila ada yang memberinya rumah, ia lebih memilih mengontrakkan rumahnya.
"Bukan jual rumah, udah lama di sini jadinya betah di sini. Kalau ada kasih rumah, mending dikontrakin," tuturnya.
Tak jauh dari kawasan RT 08, ada sebuah rumah susun (rusun) yang dibangun oleh pemerintah dan swasta. Rusun itu dibuat untuk membantu menata permukiman kumuh.
Nenek Hasna mengaku belum mendapat tawaran untuk pindah ke rusun. Ia pun ingin bisa tinggal di rusun seperti itu.
"Mau (tinggal di rusun kalau di kawasan) bagian sini mau, kalau bagian lain kampung-kampung nggak bisa. Nyari duitnya susah (untuk mencari botol plastik)," pungkasnya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
Simak Video 'Cerita Nenek Hasna Tidur Duduk-Meringkuk':
(dhw/das)