Selama hampir 30 tahun, keluarga Miliado dari Adelaide, Australia enggan menjual tanah luas mereka meski sudah diincar banyak pengembang. Bahkan, properti mereka pun sudah dikepung perumahan.
Dikutip dari realestate.com.au, kini tanah seluas 1,21 hektare itu sudah laku terjual dalam lelang seharga AU$ 5,5 juta atau sekitar Rp 56,7 miliar (kurs Rp 10.311). Tanah tersebut berlokasi di 95-101 Winzor St, Salisbury.
Pemilik tanah meraih untung besar karena tanah itu terjual AU$ 2,2 juta atau Rp 22,6 miliar di atas harga panduan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penjualan tersebut mempertemukan 20 pengembang. Tom Hector dan Clinton Nguyen, agen penjual dari Harris Real Estate pun menggambarkan penjualan itu sebagai disebut sebagai lelang cepat dan kompetitif.
"Awalnya kami tidak yakin berapa harga yang bisa kami tawarkan untuk lahan itu dan berapa harga yang akan disetujui dewan. Namun, setelah sebagian besar pengembang melakukan uji tuntas, kami merasa yakin bahwa properti ini akan laku dilelang," kata Nguyen dikutip dari realestate.com.au, Minggu (3/11/2024).
Ternyata, tanah ini justru sangat diminati oleh banyak orang. Menurut Nguyen, ada banyak permintaan untuk blok tanah seperti ini dari pengembang.
![]() |
"Namun, ternyata kami mendapatkan lebih banyak (peminat) daripada yang kami perkirakan sebelumnya," katanya.
"Saat ini kami melihat banyak permintaan untuk jenis lahan seperti ini. Saat berbicara dengan para pengembang, ada juga beberapa transaksi di luar pasar," tambah Nguyen.
Hector mengungkapkan tanah yang diincar pengembang selama 30 tahun itu dulunya milik mendiang Carmelina Miliado. Miliado memiliki tanah itu bersama sang suami selama hampir 60 tahun. Selama 30 tahun terakhir, banyak pengembang telah mengetuk pintu untuk menawarkan membeli tanah tersebut.
Namun pasangan itu menolak menjual rumah mereka, bahkan ketika harga tanah dan rumah naik. Hector pun menceritakan properti tersebut tak kunjung dijual oleh anak keluarga Miliado lantaran orang tuanya masih hidup pada waktu itu.
"Pemiliknya tinggal di rumah itu hingga akhir hayatnya, yakni belum lama ini," katanya.
"Saya diberi tahu bahwa ada pengembang yang mengetuk pintu mereka selama 30 tahun terakhir ... tetapi keluarga itu tidak menjualnya (hingga sekarang) karena ibu dan ayah mereka masih hidup," imbuhnya.
Kini pasangan pemilik itu telah meninggal dunia, sehingga tanahnya dapat dijual. Meski keluarga Miliado sebenarnya tak ingin menjual properti itu, biaya pengelolaan tanah sudah terlalu mahal bagi mereka.
"Mereka berharap untuk tidak menjual properti itu, tetapi biaya (untuk mempertahankannya) sekarang terlalu tinggi bagi keluarga (Miliado). Jadi, penjualan ini sangat menyedihkan," ungkapnya.
Menurut Hector, tanah yang mengesankan itu dapat dibagi menjadi 15 hingga 30 bidang tanah, tergantung pada persetujuan dewan dan preferensi pengembang. Hal ini membuat tanah menjadi tawaran yang menarik bagi para pengembang.
"Semua peminat merupakan pengembang karena tanahnya terlalu mahal untuk digunakan, kecuali untuk pengembangan," katanya.
"Mungkin ada 100 orang yang hadir (dalam lelang) karena itu adalah kesempatan yang sangat unik, itulah sebabnya harganya terjual sangat mahal," pungkas Hector.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
Saksikan juga Sosok: Oey Tjin Eng, Penjaga Budaya Cina Benteng
(dhw/dna)