Laporan Leads Property menyebutkan daya beli pasar ritel di Indonesia akan mengalami penurunan. yang tertekan. Kondisi ini berkebalikan dengan pencapaian transaksi sebesar Rp 14 triliun pada acara Jakarta Great Sale 2024 yang meningkat sebesar 21,7% secara tahunan.
Hal ini dikarenakan tingkat keterisian retail tidak mengalami peningkatan karena banyaknya pasokan baru di pasaran. Selain itu, kondisi bisnis yang tidak menentu, banyak penyewa yang memilih untuk menyewa retail untuk jangka waktu yang singkat. Mereka mempertimbangkan biaya operasional yang harus dikeluarkan karena beberapa di antara mereka ada yang memiliki tempat cabang ritel lain yang harus diperhatikan.
"Para penyewa ruang ritel masih mempertimbangkan kontrak jangka pendek untuk melihat performa mereka karena cukup banyak cabang- cabang ritel yang tutup karena performa mereka masih termasuk kurang untuk menutup biaya operasional mereka," demikian hasil laporan Leads Property seperti yang dikutip pada Rabu (30/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika menilik dari harga sewa dasar retail di Jakarta masih stabil dibandingkan kuartal sebelumnya, yakni sekitar Rp 454.600 per m2 per bulan. Sementara itu, harga sewa dasar di CBD dan Luar CBD (OCBD) berada di angka Rp 579.100 dan Rp 402.600 per m2 per bulan.
Untuk harga jual retail CBD Jakarta dan prime area masing-masing naik tipis sebesar 1,0% dan 0,3%, yakni Rp 57,2 juta dan Rp 47,5 juta per m2.
Perubahan harga jual tersebut disebabkan oleh beberapa proyek yang hampir selesai seiring dengan kemajuan pembangunannya. Namun, harga dapat stabil nantinya seiring dengan perlambatan pasar.
Hingga saat ini, pasokan kumulatif retail sekitar 259.364 unit karena tidak adanya proyek baru. Sebagian besar pengembang masih ragu untuk meluncurkan proyek baru dan fokus menyelesaikan proyek konstruksi yang ada.
"Ketidakpastian permintaan, kemudian tersedianya stok yang belum terjual di pasar, membuat para pengembang lebih berhati-hati dalam mempersiapkan pengembangan proyek baru," jelas laporan tersebut.
Meskipun begitu, terdapat sekitar 5.265 m2 permintaan retail di kuartal III 2024 khususnya di industri makanan dan minuman, aksesoris, klinik kecantikan dan busana. Sementara itu, beberapa industri ritel lainnya masih dalam tahap kajian untuk melakukan ekspansi.
"Konsep gaya hidup dan hiburan yang cenderung didominasi oleh makanan-minuman, hiburan, permainan anak-anak dan fesyen masih merupakan konsep yang akan diterapkan oleh pengembang karena trendnya masih ke arah yang demikian," sebutnya.
Salah satu solusi yang ditawarkan Leads Property untuk meningkatkan keterisian retail di Jakarta adalah dengan mengembangkan retail dengan konsep TOD (Transit Oriented Development) sehingga dekat dengan area hunian. Sebab, saat ini di Jakarta tengah marak pengembangan konsep hunian vertikal yang kelebihannya dibuat dekat dengan transportasi massal dan tempat hiburan.
"Pembeli mungkin memerlukan perubahan persepsi mengenai tinggal di kota dengan kepadatan tinggi untuk merangsang permintaan, yang lebih relevan untuk memilih hunian vertikal. Pada saat yang sama, penawaran harga dan paket yang menarik dari pengembang tetap diperlukan. Pembeli khususnya kelas menengah, perlu mempertimbangkan hunian berbasis TOD karena relevan dengan tingkat harga serta mengurangi pemakaian kendaraan," ungkapnya.
(aqi/zlf)