Terjawab Alasan Kenapa Harga Rumah 100 Meter di Bintaro Dulu Rp 28 Juta Kini Rp 3 M

Terjawab Alasan Kenapa Harga Rumah 100 Meter di Bintaro Dulu Rp 28 Juta Kini Rp 3 M

Danica Adhitiawarman - detikProperti
Selasa, 01 Okt 2024 18:30 WIB
Ilustrasi rumah
Foto: Getty Images/iStockphoto/Wipada Wipawin
Jakarta -

Harga rumah dari tahun ke tahun semakin mahal. Bila membandingkan dari nominal, harga rumah saat ini bisa ratusan kali lipat lebih besar dari rumah di tahun 1980-an.

Mengutip dari brosur iklan perumahan tahun 1982, rumah dengan luas bangunan sekitar 100 meter persegi di Bintaro harganya Rp 28 juta. Lalu, harga rumah dengan ukuran serupa di tahun 1986 senilai Rp 36 juta.

Sementara harga rumah berukuran sekitar 100 m2 di Bintaro saat ini bisa mencapai Rp 3 miliar, dikutip dari Dekoruma, Selasa (1/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan harga rumah di Bintaro saat ini bisa mencapai Rp 3 miliar untuk ukuran sekitar 100 meter persegi.

"Tergantung dari klaster mana, rata-rata harga tanah (di Bintaro) Rp 15-30 juta (per meter) tanah kavling yang klaster. (Harga rumah) Bisa Rp 3 miliar. Sekarang sudah kecil-kecil (ukuran rumah)," ujar Pengamat Properti sekaligus Direktur PT. Global Asset Management, Steve Sudijanto kepada detikProperti belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Lantas, apa yang menyebabkan harga rumah semakin mahal dari tahun ke tahun? Berikut ini penjelasannya.

1. Populasi

Menurut Steve, faktor pertama yang membuat harga rumah sangat berbeda antara tahun 1980 dan 2024 karena jumlah populasi. Jumlah masyarakat Indonesia di tahun 1980 dibanding sekarang lebih kecil, sehingga permintaan pasar lebih mudah dipenuhi.

"Era 1980 itu era belum sebesar saat ini, jadi populasi belum sepadat sekarang tahun 2024 dan pada saat itu lahan juga masih luas di Jabodetabek," kata Steve.

Semakin besar populasi, maka semakin tinggi permintaan dan kebutuhan akan properti. Sementara persediaan tanah dan rumah tetap terbatas.

"Memang dari sisi segi dan demand, populasi pada tahun 1980 itu belum sepadat saat ini. Kita juga harus memahami kepadatan populasi, jumlah volume dari penduduk itu belum sepadat sekarang," jelasnya.

2. Inflasi

Selanjutnya, Steve menjelaskan harga rumah melonjak karena adanya inflasi. Hal ini bisa dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang, khususnya terhadap Dolar Amerika Serikat.

"Inflasi di Indonesia, harga komoditas di Indonesia itu selalu identik dengan nilai tukar. Kalau nilai tukarnya naik, harga komoditas yang berbasis impor itu pasti akan naik. Jadi kita bandingkan nilai tukar sekarang sekitar Rp 15.200-16.000. Dulu itu masih sekitar Rp 1.500- 2.000," katanya.

Inflasi membuat harga tanah dan bahan baku bangunan semakin mahal, sehingga harga properti pun ikut meningkat.

"Korelasi dari harga komoditas yang bahan baku bangunanan itu kurang lebih korelasinya identiknya dengan nilai tukar USD," imbuhnya.

3. Ketersediaan Lahan

Ketersediaan lahan yang terjangkau sudah berkurang karena inflasi dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang semakin mahal. Menurut Steve, NJOP meningkat karena permintaan masyarakat akan tanah semakin banyak.

"Harga NJOP tanah mentah kan mahal saat ini karena NJOP sesuai PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) juga meningkat. Dulu saya masih bisa membebaskan tanah di harga Rp 100.000 bahkan Rp 60.000 per meter, tapi sekarang sudah tidak ada (harga segitu)," tuturnya.

Selain itu, harga lahan juga menjadi mahal karena lokasinya yang strategis. Misalnya suatu kawasan sudah ada transportasi massal dan tersambung ke jalan tol.

Dengan harga tanah yang semakin mahal, ukuran rumah tapak disesuaikan menjadi semakin kecil. Hal ini agar rumah bisa lebih terjangkau bagi masyarakat.

4. Era Digitalisasi

Steve menambahkan era digitalisasi saat ini memungkinkan ketersediaan informasi yang mudah. Pencari rumah bisa melihat dan membandingkan harga. Menurutnya, hal ini mendorong terjadi pemerataan harga.

"Era digitalisasi itu berarti masyarakat atau pasar itu bisa melakukan penelitian sendiri apa yang terbaik dan apa yang harus dilakukan sebelum melakukan tindak lanjut atau akuisisi. Kalau dari segi developer, informasi terbuka harga tanah berapa. Dari segi konsumen atau pemilik lahan juga terbuka karena bisa melakukan studi lewat online," terangnya.

"Sekarang ini sudah ada yang namanya pemerataan karena keterbukaan informasi, itu yang membuat harga properti juga sudah tidak bisa diredam. Sebab, pemerataan informasi mengakibatkan pemerataan harga, orang bisa menilai harga properti yang layak," pungkasnya.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini




(dhw/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads