Ada kampung warna-warni di Jakarta Timur yang merupakan permukiman hasil revitalisasi setelah kebakaran Pasar Gembrong pada April 2022 silam. Permukiman ini dinamakan Kampung Gembira Gembrong dan ada 136 unit rumah yang dibangun di atas lahan 1.200 meter persegi.
Bangunan rumah ditata ulang dan dirancang berciri khas mulai dari dekorasi eksterior hingga tipe ruangan. Yang membedakan rumah-rumah di kampung ada pada ukuran rumah.
Ketua RT 5, Tia mengatakan ukuran rumah sangat beragam karena disesuaikan dengan ukuran rumah lama sebelum kebakaran. Adapun rumah bisa dihuni satu hingga dua kepala keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"(Ukuran rumah) Beragam ada yang kecil banget, ada yang gede banget sesuai ukuran tanah sebelum dia (rumah) kebakaran aja," ujar Tia kepada detikcom, Selasa (3/9/2024).
Ia menyebut ukuran rumah yang paling kecil bisa sampai 2x3 meter, sehingga terlalu sempit untuk melakukan aktivitas di dalam rumah.
"Kecil karena pas masuk pintu langsung kamar mandi, nggak ada ruang tamu kayak gini. Nggak ada space buat duduk sama keluar. Makanya kalau ada apa-apa mungkin dia ngobrolnya di luar kalau ada tamu. Pokoknya di rumahnya cuman untuk tidur," katanya.
Tia sendiri mengontrak bersama suami rumah berukuran 5x5 meter yang harga sewanya Rp 800 ribu per bulan. Ia mengaku merasa nyaman tinggal di rumah tersebut meski warga lainnya mungkin merasa kesempitan.
"Nyaman, enak karena di sini ramai orangnya juga ramah-ramah. Kalau bangunannya orang yang merasa kecil mungkin merasa gimana ya, mau nggak mau nempatin namanya juga pembangunannya gratis," ucapnya.
Senada, Ketua RT 2 Slamet mengaku nyaman tinggal di rumah tersebut karena material dan bangunan rumah lebih layak daripada rumah yang lama. Ia pun sudah tidak pernah mengalami kebocoran ketika turun hujan.
"Nyaman banget. Kalau dulu kan kita (mengalami) kebocoran. Namanya (bangunan) kayu, sekarang (bangunan rumah) udah permanen. Nggak ada (masalah) sama sekali, malah kita bersyukur," ucapnya.
Selain itu, ia senang dengan penataan rumah-rumah di Kampung Gembira Gembrong. Menurutnya, bangunan rumah lebih tertata, sehingga jalanan menjadi luas dan tidak banyak berbelok.
"Kita sangat bersyukur terus rapi keliatannya karena dibangun, rapi jalanannya juga. Tadi jalannya belok-belok, sekarang lurus semua, jadi suatu saat ada apa-apa, gampang jalannya. Kalau dulu kan kita setiap gang belok, ini kan enak lurus," jelasnya.
![]() |
Terpisah, Res, salah satu warga menceritakan kesannya tinggal di rumah hasil revitalisasi. Ia mengatakan kondisi bangunan rapi dan terdapat kamar mandi di dalam rumah. Ia pun tidak perlu khawatir tikus masuk celah-celah rumah.
"Rumahnya rapi dan enak ini, tikus nggak pernah masuk. Soalnya rumah (yang lama) banyak bolong-bolong. Rapi sekarang terus kamar mandi di dalam, kalau dulu WC umum," kata Res.
![]() |
Namun, ia mengeluhkan kondisi perekonomiannya menurun sejak menghuni rumah baru. Sebelum kebakaran, rumahnya setinggi empat lantai, sehingga bisa mendapat penghasilan dari menyewakan beberapa lantai rumah.
Bangunan rumah hasil revitalisasi hanya terdiri dari dua lantai, sehingga sudah tidak bisa disewakan lagi.
Selain itu, ia juga mendapat penghasilan dengan warung di depan rumah. Akan tetapi pembeli tidak seramai dulu karena jumlah warga yang tinggal di kampung sudah berkurang.
"Enakan dulu penghasilannya, banyak orang ngontrak (di rumahnya), kita penghasilan dari situ. Dulu juga banyak anak-anak (di kampung), sekarang sepi (pembeli)," katanya.
"Sekarang yang beli sepi, yang dagang banyak," tambahnya.
Kesih, pemilik rumah berukuran 27 meter persegi yang juga ibu dari Res menyebut kamar mandinya berukuran kecil dan biaya air PAM mahal.
"Sekarang kecil (kamar mandi) barang kali 1 meter persegi lebih. Airnya lancar (tapi) bayarnya mahal Rp 250 ribu (per bulan)," ungkapnya.
![]() |
Sementara pemilik rumah berukuran sekitar 2x3 meter, Nok Najemah cukup menikmati adanya kamar mandi di dalam rumah. Akan tetapi, rumahnya menjadi semakin sempit karena kamar mandi mengurangi ruang di dalam rumah.
![]() |
"Enaknya ada kamar mandi bisa nggak keluar. Nggak enaknya sempit, jadi aturan biasanya makan kumpul bersama bareng-bareng, sekarang nggak sendiri-sendiri karena tempatnya sempit," tuturnya.
Ia pun sampai merenovasi rumah dua tingkat menjadi tiga tingkat agar ada ruang untuk anak-anaknya tidur. Plafon lantai satu yang setinggi 3 meter diturunkan, lalu lantai atas dibagi dua.
![]() |
"Tadinya dua, berhubung kan buat tidur anak jadi bikin sendiri jadi tiga. Kalau nggak gitu kan nggak bisa tidur anaknya, tidur di luar," katanya.
Selain itu, ia mengaku lebih menyukai rumah lamanya meski kondisinya kumuh. Menurutnya, ruangan lebih lebar dan tidak ada nyamuk.
"Mending dulu karena agak lebar, sekarang tau sendiri banyak nyamuk sekarang. Bangunan bagus malah nggak enak banyak nyamuk karena ini ada (sumur) resapan," pungkasnya.
Mau tahu berapa cicilan rumah impian kamu? Cek simulasi hitungannya di kalkulator KPR.
Nah kalau mau pindah KPR, cek simulasi hitungannya di kalkulator Take Over KPR.
(dhw/dna)