Penampakan Gubuk Pemulung Bantargebang di Balik Tumpukan Sampah

Penampakan Gubuk Pemulung Bantargebang di Balik Tumpukan Sampah

Sekar Aqillah Indraswari - detikProperti
Kamis, 18 Jul 2024 15:30 WIB
Penampakan rumah Casimi di Bantargebang
Penampakan rumah Casimi di Bantargebang. Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Rumah gubuk bisa kamu temukan di sekitar Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang di Bekasi. Bangunan semi permanen ini adalah rumah bagi keluarga pemulung yang menetap di sana.

Keberadaan gubuk ini berada sekitar 500 meter dari gunung sampah, tepatnya di Jalan Lingkar Bambu Desa Ciketing Timur RT 001/RW 05, Bantargebang, Ciketingudik, Bekasi. Akses terdekat bisa dikunjungi melalui jalan kecil di samping kantor TPST Bantargebang. Rumah gubuk ini lokasinya tidak menyebar, melainkan seperti membentuk 'kampung' di atas lahan yang sama.

Keberadaan gubuk ini begitu kontras dengan rumah permanen di sekelilingnya. Selain karena bentuk bangunan yang sederhana, sebagian besar lahan di halaman rumah mereka berserakan sampah, tumpukan karung, dan lalat yang beterbangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum masuk ke 'kampung' gubuk pemulung, kamu akan melewati Musala kecil berwarna hijau bernama Nurul Huda. Di hadapan Masjid ini pemandangannya adalah tumpukan karung dan sampah yang disortir oleh pemulung yang tinggal di sana.

Penampakan pemukiman sekitar Bantargebang.Penampakan permukiman sekitar Bantargebang. Foto: Pradita Utama

Menurut salah satu warga, Riani ada sekitar 15 gubuk berdiri di lahan yang mereka sebut milik pribumi. Dia tidak mengetahui jelas berapa luas lahan tersebut, tetapi gubuk mereka berdiri di atas lahan milik orang luar Bantargebang.

ADVERTISEMENT

Meski awalnya bukan lahan mereka, semua gubuk yang dibangun di lahan ini telah mendapat izin dari pemilik tanah. Bahkan beberapa diantara mereka sudah membeli lahan sendiri di sana, salah satunya adalah Riani, rumah orang tuanya, dan Casimi. Sementara sisanya hidup mengontrak dengan membayar sewa per bulan sekitar Rp 200.000.

Riani dan Casimi sudah tinggal di Bantargebang bersama keluarganya sejak 1989, saat sampah pertama dipindahkan ke sana. Riani mengikuti orang tuanya, sementara Casimi mengikuti jejak anak-anaknya.

Menantu Casimi tengah menyortir sampah di depan rumah Riani.Menantu Casimi tengah menyortir sampah di depan rumah Riani. Foto: Pradita Utama

Kini Riani telah memiliki keluarga sendiri dan membeli lahan seluas 150 meter persegi. Meskipun dia hanya ibu rumah tangga dan pemasukan hanya dari suaminya yang berprofesi sebagai pemulung, dia bisa memiliki rumah sendiri. Rumah semi permanen milik Riani dibangun dari berbahan triplek, rangka kayu balok, dan atap terpal dengan modal Rp 5 juta.

"Itu Rp 1 juta waktu itu, nggak tau tahun berapa, saya lupa. Itu 150 meter persegi," kata Riani kepada detikcom pada Selasa (16/8/2024).

Sementara itu, Casimi tinggal di depan Riani. Kesehariannya dia menjahit karung untuk dijual ke pengepul. Tiga lembar karung dihargai Rp 10.000, pendapatannya ini dia gunakan untuk makan agar tidak membebani anak-anaknya. Sama seperti Riani, dia juga memiliki rumah sendiri dan tinggal satu atap dengan anak dan cucunya.

Penampakan pemukiman sekitar Bantargebang.Penampakan pemukiman sekitar Bantargebang. Foto: Pradita Utama

Tinggal di gubuk kumuh selama kurang lebih 30 tahun, Casimi mengharapkan cucu dan anaknya bisa hidup layak.

"Yang anak-anak kasian, pengen hidup yang lebih enak," ujar Casimi.

Kondisi rumah Casimi juga tidak jauh berbeda dengan Riani, semi permanen terbuat dari triplek, batang kayu balok, atap dari terpal, pintu kayu yang ditutupi pula dengan kain. Rumah tersebut memanjang ke samping dan tanpa halaman.

Saat tim detikProperti berkunjung ke rumahnya, Selasa (16/7/2024), Casimi tengah duduk di depan rumah menjahit karung plastik berwarna putih. Anak perempuannya tengah menyuapi anaknya, sementara menantunya bekerja menyortir sampah di depan rumah Riani. Mereka terlihat nyaman dan tidak terganggu dengan kehadiran lalat serta ayam yang berkeliaran di sekitar mereka.

Dari rumah Riani dan Casimi, masih banyak rumah lain di samping rumah mereka. Namun, rumah-rumah tersebut tertutupi tumpukan sampah dan bangunan Rumah Riani. Semua gubuk di sana, tingginya seragam, dengan material bangunan yang sama. Perbedaannya hanya pada luas bangunan. Riani berkata gubuk baru biasanya bisa lebih luas ukurannya sekitar 150 meter persegi sepertinya.




(aqi/zlf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads