Melansir dari ArchDaily, vila dua lantai ini dinamakan DRA House yang berlokasi di Sanur, Bali. Vila ini adalah hasil renovasi D-Associates dari sebuah bangunan lama yang memang digunakan sebagai rumah liburan.
Vila tersebut kemudian diubah dengan struktur seperti rumah panggung yang sebagian besar materialnya menggunakan kayu daur ulang, besi, dan beton. Desainnya juga terinspirasi dengan hunian adat Bali yang disesuaikan dengan iklim tropis.
"Vila ini dibayangkan sebagai tempat peristirahatan keluarga yang terletak di lanskap tropis, berbeda dengan kehidupan mereka di Jakarta, sambil belajar dari aspek tertentu dari konfigurasi spasial arsitektur hunian adat Bali," kata D-Associates seperti yang dikutip dari ArchDaily pada Kamis (11/7/2024).
1. Inspirasi DRA House
![]() |
Arsitek utama D-Associates, Gregorius Supie Yolodi mengatakan kepada fotografer Mario Wibowo bahwa ide awal desain DRA House muncul saat mereka datang ke lokasi.
"Biasanya kami menemukan inspirasi saat kami datang ke sebuah situs untuk pertama kalinya. Dan rumah baru ini sebenarnya merupakan transformasi dari bangunan lama, yang digunakan keluarga tersebut sebagai rumah akhir pekan," ungkap Supie seperti dilansir dari situs Mario Wibowo.
2. Sosok Arsitek di Balik Megahnya DRA House
DRA House adalah karya dari D-Associates, sebuah biro yang berdiri pada 2020 dan bergerak di bidang arsitektur. Namun, di balik itu ada 2 sosok yang menuangkan ide desain DRA House saat ini yakni Gregorius Supie Yolodi dan Maria Rosantina.
Gregorius Supie Yolodi merupakan lulusan studi arsitektur di Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan, Bandung pada 1998. Sementara itu, Maria Rosantina teman satu almamater Supie dari jurusan yang sama.
3. Menggunakan Material Daur Ulang
![]() |
D-Associates memperhatikan setiap detail pada pembangunannya. Mereka memanfaatkan kayu daur ulang dari bantalan rel kereta api, besi, dan beton untuk bagian 'kaki' penyangga bangunan.
4. Bentuk DRA House Menyerupai Rumah Panggung
![]() |
DRA House dibuat seperti rumah panggung, rumah tradisional Indonesia. Bagian atasnya dibuat dari kayu, sementara di bagian bawah ada ruang terbuka yang dikelilingi tiang beton.
Uniknya, dua bangunan ini dipisah menjadi 2 bagian. Bangunan pertama untuk kamar tidur dan ruang satunya untuk ruang makan. Meski terpisah, D-Associates membuat sebuah jembatan dari kayu dengan pinggiran pembatas dari kaca. Dengan jembatan ini, penghuni tidak perlu turun ke bawah.
Jembatan tersebut menghadap ke kolam renang di bawahnya. Uniknya, sekitar kolam renang ditambahkan kayu ulin dan taman kecil di satu sisi. Kolam renang ini berhadapan dengan lantai bawah DRA House yang dibuat sebagai ruang berkumpul dengan banyak kursi. Sisi satunya lagi, dibuat ruang berkumpul dengan meja besar dan ditutupi kaca sepenuhnya. Namun, jika tidak digunakan, kaca tersebut bisa dibuka.
Kemudian, sentuhan kebudayaan Bali terletak pada paviliun foyer mengacu pada unsur aling-aling pada kompleks hunian Bali. Elemen layar transisi pada paviliun ini diibaratkan semacam prosesi dimulainya ruang privat sebuah rumah.
(aqi/zlf)