Usul Pengamat Supaya Harga Rumah Nggak Mahal-mahal Amat

Usul Pengamat Supaya Harga Rumah Nggak Mahal-mahal Amat

Wida Puspita - detikProperti
Rabu, 12 Jun 2024 17:15 WIB
an asian chinese family moving into new house and received the house key from real estate agent
Ilustrasi Beli Rumah. Foto: iStock
Jakarta -

Harga rumah di Indonesia saat ini memang sedang tinggi-tingginya, baik rumah subsidi maupun komersil. Untuk harga rumah subsidi sendiri, tahun ini harganya sudah naik dari tahun sebelumnya. Harga ini juga berbeda-beda di setiap daerahnya.

Untuk wilayah Jawa (kecuali Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dan Sumatra (kecuali Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kepulauan Mentawai) harganya Rp 166 juta, wilayah Kalimantan (kecuali Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Mahakam Ulu) Rp 182 juta, wilayah Sulawesi, Bangka Belitung, Kepulauan Mentawai, dan Kepulauan Riau (kecuali Kepulauan Anambas) harganya Rp 173 juta, wilayah Maluku, Maluku Utara, Bali dan Nusa Tenggara, Jabodetabek, Kepulauan Anambas, Kabupaten Murung Raya, dan Kabupaten Mahakam Ulu Rp 185 juta, dan Wilayah Papua harganya Rp 240 juta.

Sedangkan, harga rumah komersial di pasar primer atau rumah baru yang belum pernah ditempati juga masih relatif tinggi. Menurut laporan LPEM FEB UI, kota dengan harga rumah tertinggi di Indonesia adalah kota Medan yang setara dengan 23,5 kali rata-rata pendapatan tahunan. Posisi kedua disusul Surabaya dengan harga rata-rata rumah sebesar 21,33 kali gaji, Batam dengan 20,94 kali gaji, Makassar dengan 19,78 kali gaji, dan Jakarta dengan 19,76 kali rata-rata gaji tahunan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa yang Menyebabkan Harga Rumah di Indonesia Terus Naik?

Menurut Pengamat Properti sekaligus Direktur PT. Global Asset Management, Steve Sudijanto, harga rumah primary atau rumah baru memang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah secondary (rumah bekas). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah inflasi. Inflasi membuat berbagai elemen biaya konstruksi, mulai dari harga tanah hingga bahan bangunan terus naik.

"Jadi kalau kita bicara rumah baru itu relevansinya ke inflasi. Karena inflasi itu, semua bahan bangunan dari segi biaya untuk membangun, tanah, bahan bangunan, dan lain-lain itu naik. Terutama, kalau dalam konteks bahan bangunan Itu yang paling utama Itu adalah besi, semen dan beton," kata Steve Sudijanto kepada detikProperti, Rabu (12/6/2024).

ADVERTISEMENT

Misalnya, harga besi, semen, dan beton yang merupakan bahan utama dalam pembangunan rumah, terus mengalami kenaikan. Selain itu, komponen mekanik dan elektrik seperti kabel listrik, fitting, dan pipa juga turut meningkat harganya. Oleh karena itu, rumah baru sering kali memiliki harga yang lebih tinggi karena semua komponen biaya tersebut ditambahkan ke dalam harga jual.

Bagaimana Solusinya?

Melihat tingginya harga rumah baru, Steve mengatakan salah satu solusi yang bisa dipertimbangkan adalah membeli rumah secondary atau rumah bekas. Para pembeli bisa memilih untuk membeli rumah bekas karena biasanya ada di lokasi yang strategis dan memiliki infrastruktur yang sudah matang. Selain itu, membeli rumah bekas dapat menjadi pilihan yang lebih ekonomis karena tidak terkena langsung dampak kenaikan harga bahan bangunan baru.

"Kalau menurut saya, saya lebih suka membeli rumah bekas. Contohnya adalah di BSD. Daerah-daerah lama itu masih banyak rumah lama yang lokasinya cukup bagus. Sedangkan, kalau membeli rumah baru Itu memang bahan bangunannya baru dan juga developer itu kan membeli lahan juga nggak murah," ujar Steve.

Solusi yang lain adalah dari sisi pengembang. Steve mengusulkan bahwa pengembang perumahan bisa memanfaatkan proyek perumahan yang terbengkalai. Saat ini, banyak proyek real estate yang sudah mencapai 60% hingga 100% penyelesaian namun belum laku terjual alias terbengkalai. Proyek-proyek seperti ini bisa diambil alih oleh pemerintah atau pengembang untuk dipugar atau dilanjutkan kembali.

"Saya usul agar rumah-rumah itu coba deh dievaluasi perumahan yang terbengkalai. Perumahan yang tidak laku atau terbengkelai banyak sih di Jakarta Itu dihidupkan kembali, jangan dibiarkan untuk menyelaraskan harga jual antara rumah baru dan rumah yang pernah didevelop tapi nggak selesai," tambahnya.

Dengan demikian, harga jual bisa diselaraskan sehingga lebih terjangkau dibandingkan dengan rumah baru. Selain itu, solusi ini juga bisa memanfaatkan aset yang sudah ada daripada membiarkannya terbengkalai.




(dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads