Kenalan dengan Suwardi, Juragan Properti dari Bekasi

Kenalan dengan Suwardi, Juragan Properti dari Bekasi

Sudrajat - detikProperti
Sabtu, 08 Jun 2024 17:00 WIB
Suwardi, Juragan Properti dari Bekasi
Suwardi, Juragan Properti dari Bekasi Foto: Iqbal Arief Ismail - detikcom
Jakarta -

Menjadi bankir adalah cita-cita Suwardi. Karena itu begitu lulus dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 1991, hampir semua bank pemerintah maupun swasta dikiriminya lamaran. Ia baru mengalihkan perhatian ke bidang lain setelah tiga bulan tak satu pun dari lamaran yang dikirim mendapatkan respons. Berbekal iklan baris di surat kabar, setiap lowongan dia kirimi lamaran tak peduli jenis perusahaannya asal ada bagian legalnya. Suatu hari Suwardi menerima panggilan dari perusahaan di Slipi, Jakarta Barat.

"Alhamdulillah saya langsung diterima dengan gaji Rp 280 ribu. Tugasnya antara lain memeriksa operasional mobil-mobil kantor di Kedoya. Saya tidak peduli, hitung-hitung pelajaran baru dan dapat ilmu," tutur lelaki kelahiran Boyolali, 21 September 1966 itu saat berbincang dengan detikProperti di Restoran Hotel Dar Al Tawhid Intercontinental, Jumat (7/6/2024) malam.

Orang tuanya yang buruh tani biasa mengajarkan kepada anak-anaknya untuk senantiasa bersyukur, menerima dan melakoni apa saja yang penting halal. Ketika masih kelas 3-6 SD, misalnya, begitu pulang sekolah hingga menjelang magrib Suwardi diminta berjualan gorengan seperti bakwan mentho, singkong goring keliling kampung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mungkin dianggap berhasil membenahi administrasi di situ, Suwardi lalu dipercaya mengurusi akte-akte perusahaan. Kepercayaan bos perusahaan kian bertambah dan menugasinya untuk menangani pembebasan lahan di Jatiluhur. Semua dia lakoni dengan happy, meski harus berangkat selepas subuh dan pulang ke rumah kakaknya di Ciputat jam 10 malam.

Setahun lebih berjalan, pada 1993 dia mendapat panggilan dari PT Kreasi Graha Raya yang berkantor di Cempaka Putih. Perusahaan ini merupakan kongsi antara Kalbe Farma dan dua perusahaan lainnya tengah menggarap perumahan Graha Harapan di Desa Mustika Jaya Kota Bekasi. Namun pada 1995, lahan ratusan hektare tersebut kemudian dijual kepada PT Sentosa Birunusa milik mantan Ketua Umum Real Estate Indonesia, MS Hidayat. Graha Harapan pun berganti nama menjadi Perumahan Taman Bumyagara.

ADVERTISEMENT
Suwardi Developer BekasiSuwardi, Juragan Properti dari Bekasi Foto: Dok. Pribadi

Pengalihan itu memberi berkah tersendiri bagi Suwardi. Dari 50-an pegawai, cuma dia (divisi legal) dan dua rekannya dari divisi arsitek dan teknik yang dipertahankan. Gajinya meningkat dua kali lipat, dari Rp 350 - 700 ribu. Suami dari Lusiani itu banyak terlibat dalam mengurusi pembebasan lahan di Kayu Manis Bogor, lahan yang berdampingan dengan kompleks Widya Chandra, dan di Ciater-Subang seluas 300 hektare untuk resort dan lapangan golf.

Karena tergolong perusahaan besar, interaksi dan pergaulan Suwardi pun cukup beragam. Meski berlatar hukum akhirnya dia sedikit banyak menyerap pengetahuan dari 8 divisi lainnya seperti marketing, arsitek, dan divisi teknis terkait lainnya.

Berkah krismon 1999 malah bisa memanfaatkan waktu bisa kuliah di Magister Kenotariatan UI 2001, sekarang dapat wilayah kerja Notaris di Kota Bekasi.

Suatu hari di tahun 2006, ada yang menawari Suwardi lahan seluas 5.000 meter. Lokasinya di Bekasi, dengan harga Rp 80 ribu per meter. Namun direksi menolak karena dinilai terlalu kecil. Ketika dia meminta izin untuk membeli dan mengelolanya, direksi menyetujui. "Dari situlah saya mulai bertekad untuk keluar dari zona nyaman dan mengibar bendera usaha sendiri," kata Suwardi. Dia merasa sudah punya bekal jaringan yang memadai, baik dengan perbankan (BTN), Badan Pertanahan, notaris, maupun kalangan arsitek.

Karena perusahaan tak mengizinkannya untuk berhenti penuh, dia meminta izin untuk bekerja paruh waktu. Selebihnya dia mulai konsentrasi mengembangkan usaha propertinya lewat bendera PT Samudra Raya Swagriya. Dia membangun 48 unit rumah subsidi dengan modal KUR BTN Rp 500 juta yang tak sepenuhnya digunakan. Proyek pertama berjalan mulus dan dalam tempo 11 bulan semua beres.

"Utang ke BTN saya lunasi berikut bunganya yang cuma Rp 39 juta. Alhamdulillan saya cuan Rp 700 juta dan bikin ketagihan," kata Suwardi tertawa.

Berikutnya dia membangun rumah subsidi di atas lahan kebun seluas 6.000 meter. Lalu proyek ke-3 di Pedurenan berkongsi dengan warga yang semula akan menjual lahannya seluas 2 hektare dengan harga Rp 300 ribu / meter. Daripada mengeluarkan Rp 6 miliar, dia mengajak si warga untuk kerja sama dan terbangun 160 unit rumah.

"Alhamdulillah terjual dalam tempo dua tahun. Dia mendapatkan jumlah yang diinginkan, Rp 6 M, saya kebagian Rp 2 M cuma modal omong-omong tanpa mengeluarkan cost," tutur Suwardi.

Suwardi, Juragan Properti dari BekasiSuwardi, Juragan Properti dari Bekasi Foto: Iqbal Arief Ismail - detikcom



Sejak proyek pertama, biar irit dia tak menggunakan tenaga kontraktor. Begitu pun untuk rancangan gambar dia menggunakan jasa arsitek dengan honor cuma Rp 5 juta. Dia berprinsip dalam bisnis properti yang penting konsumen puas dengan desain dan menjaga kualitas bangunan agar tidak membuat mereka kapok.

Untuk promosi dan marketing, dia melatih asisten rumah tangga dan office boy di perusahaannya. Agar militansi terbangun, kepada mereka diberikan fee tambahan Rp 1 juta dari tiap unit yang terjual. "Mereka tentu semangat sekali, ada yang bisa dapat Rp 15-20 juta per bulan di luar gaji tetap," ujar Suwardi.

Kesuksesan tersebut membuat kerabat dan teman-temannya ramai-ramai mendekat. Mereka menitipkan anak-anak atau keponakan untuk ikut bekerja. Total ada 25 orang. Jumlah ini baru terasa menjadi beban ketika pandemi COVID-19 menerjang. Penjualan rumah menyusut tapi dia harus tetap merogoh kocek cukup besar untuk membayar gaji mereka. Namun yang membuatnya kecewa, ketika COVID-19 mulai pulih militansi mereka justru mengendor.

"Akhirnya terpaksa saya harus melepas mereka, dan menyisakan 3 pegawai untuk mengurusi KPR, marketing, dan teknik," ujar Suwardi.

Di tengah ibadah haji kedua kali ini, menjelang istirahat atau saat makan siang dia biasa mengontrol proyeknya yang ke-7 di Dawuan, Cikampek melalui media sosial, baik Facebook maupun Instagram.

Suwardi mengaku ibadah haji kali ini terasa berbeda dan leluasa dibandingkan pada 2006. Kala itu, dia berangkat melalui program haji regular sehingga pondokan jauh dari Masjidil Haram di Mekkah maupun Masjid Nabawi saat di Madinah. "Saya kasihan sama istri makanya pada 2018 daftar ke Maktour biar dapat hotel yang dekat masjid," ujarnya menutup percakapan.




(jat/abr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads