Kebijakan baru menetapkan gaji pekerja akan dipotong untuk iuran tabungan perumahan rakyat (Tapera). Para pekerja dibebankan potongan sebesar 2,5% sementara pemberi kerja 0,5% selain sederet potongan gaji lainnya.
Ketua Asosiasi Perencana Keuangan IARFC Indonesia, Aidil Akbar Madjid mengatakan sudah ada banyak potongan gaji pekerja. Masyarakat akan merasa keberatan karena penghasilan menjadi berkurang, terlebih dalam kondisi perekonomian yang sedang sulit.
"Potongan gaji sudah banyak. Gaji kita dipotong buat pajak, dipotong lagi buat BPJS Kesehatan 5%, potong lagi buat BPJS TK (ketenagakerjaan), tambahan lagi jaminan kecelakaan kerja, tambahan lagi jaminan hari tua dan seterusnya. Karena itu (gaji) mau dipotong berapa besar?" ujar Aidil kepada detikcom, Selasa (28/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengungkapkan masyarakat menengah pada akhirnya bisa saja kena total potongan gaji 15-20%. Menurutnya, besaran tersebut cukup besar untuk masyarakat berpenghasilan upah minimum regional (UMR) atau sedikit di atas UMR.
Lalu, Aidil memisalkan potongan gaji UMR untuk iuran Tapera sekitar Rp 120 ribu. Ia menilai jumlah uang tersebut bisa digunakan untuk banyak hal, seperti isi bensin dan makan untuk beberapa hari, bahkan minggu.
"Jangan dilihat persentase kecilnya, tapi bahwa uang itu untuk masyarakat menengah ke bawah itu sangat dibutuhkan uangnya yang dipotongnya," ucapnya.
Oleh karena itu, Aidil menyebut potongan gaji untuk iuran Tapera sangat memberatkan bagi masyarakat menengah ke bawah. Apalagi kondisi sekarang ini harga-harga melambung.
Aidil menilai kebijakan tersebut salah diterapkan sekarang ketika kondisi perekonomian lokal dan internasional tidak baik-baik saja, sehingga banyak ketidakpastian. Ia pun menyarankan agar pemerintah fokus menurunkan harga barang-barang yang mahal saat ini.
"Ini minyak sama beras mau dinaikkin, terus tarif listrik mau dinaikkin. Pertalite beberapa tempat sudah mulai susah. Ya terus rakyat mau diapain lagi? Mau ditekan terus? Kecuali pemerintah bisa menurunkan harga," katanya.
Selain itu, Aidil berpendapat konsep Tapera masih belum jelas. Jika Tapera menyasar rakyat miskin membeli rumah, belum tentu masyarakat memiliki kemampuan untuk meminjam dana. Kebanyakan masyarakat kecil akan memilih untuk mengontrak rumah dibandingkan membeli rumah murah tetapi jauh dari tempat kerja.
"Daripada mikirin harus komitmen cicilan 20 tahun gitu. Mereka hidup dari bulan ke bulan. Jadi informasi yang disebarkan masih penuh dengan ketidakjelasan dan ketidakpastian," pungkasnya.
(dhw/dhw)