Banjir di 'desa mati' Depok sebabkan beberapa rumah warga dan pabrik tahu ditinggal pemiliknya sejak awal 2024. Air yang tidak kunjung surut, membawa banyak sampah, hewan berbahaya, hingga benda tajam membuat akses jalan sulit dilewati. Ini yang dilakukan pemerintah untuk atasi banjir abadi di 'Desa mati' Depok.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane PUPR, Bambang Heri Mulyono mengatakan dia sudah mendengar kabar banjir di Depok dan timnya sudah datang mengecek lokasi.
"Kalau banjirnya saya denger. Tim saya sudah survei dan ada laporannya juga seperti yang saya sampaikan tadi," kata Bambang saat dihubungi detikProperti pada Rabu (15/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, laporan yang masuk hingga saat ini baru hanya banjir abadi di Kelurahan Cipayung, sementara di Kelurahan Pasir Putih belum ada laporan mengenai hal tersebut. Padahal Kali Pesanggrahan yang airnya meluap adalah pemisah dua kelurahan tersebut.
"Kalau laporan ke saya itu baru di Cipayung, yang di Pasir Putih belum dilaporkan," tambahnya.
Dari hasil penilaiannya, penyebab utama banjir abadi di Kelurahan Cipayung adalah longsor di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung yang berada di dekat Kali Pesanggrahan. Sampah tersebut menutupi aliran sungai dan menyebabkan penyempitan.
Untuk mengatasi hal tersebut, Bambang menyebut pemerintah telah membersihkan bagian alur-alur kali dan bekas tanggul roboh. Namun, ternyata banjir tetap terjadi di sekitar Kali Pesanggrahan.
"Kita sudah pernah membersihkan di alurnya. Bekas-bekas tanggul roboh. Sudah sempat kita bersihkan. Tetapi yah itu tadi, kembali lagi. Karena sampah di situ juga masih ada dan tetap berjalan terus. Jadi ini penyelesaiannya harus bersama-sama dengan Pemkot (Depok), kalau bisa Pemprov (Jawa Barat) jika bisa membantu," jelasnya.
Untuk mengatasi sampah di pinggiran Kali Pesanggrahan yang menghubungkan 2 kelurahan, Pemkot Depok memang telah menempatkan excavator di dekat jembatan untuk mengambil sampah. Akan tetapi, air kali Pesanggrahan tetap meluap dan sebabkan banjir selama hampir 6 bulan. Menurut Bambang alat berat tetap bisa digunakan untuk mengeruk tanah bantaran kali yang longsor.
"Bisa saja untuk membuka alurnya. Tapi yah itu sifatnya sementara. Nanti kalau hujan, longsor lagi, banjir lagi," ucapnya.
Maka dari itu, ke depannya PUPR mengharapkan lokasi TPA Cipayung dapat dipindahkan jauh dari bantaran Kali Pesanggarahan, meskipun hal ini tidak mudah. Mereka juga akan berkoordinasi dengan Pemkot Depok untuk hal tersebut agar banjir abadi di kelurahan tersebut tidak terjadi lagi.
"Kami berkoordinasi dengan pemerintah Depok, tapi yah memang kuncinya di TPA itu harus penanganannya. Kalau nggak pasti akan longsor-longsor," pungkasnya.
(aqi/zlf)