Hong Kong sempat ramai diperbincangkan beberapa tahun lalu karena banyaknya micro apartemen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hunian terjangkau. Masalah kepadatan penduduk hingga kekurangan lahan dan hunian membuat harga apartemen di Hong Kong sangat mahal.
Mengingat Indonesia mempunyai populasi yang besar serta kawasan perkotaan dipadati penduduk, apakah micro apartemen berpeluang untuk menjamur di Indonesia?
CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menjelaskan masalah hunian di Hong Kong ada pada harga tanah yang tinggi, bahkan termasuk salah satu yang tertinggi di Asia. Kota-kota di Hong Kong juga tidak luas berbeda halnya dengan Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia harusnya nggak seperti itu karena kondisi rumah mikro itu terjadi di kota-kota atau wilayah-wilayah yang harga tanahnya sudah terlalu tinggi yang tidak sebanding dengan daya beli," ujar Ali kepada detikcom, Selasa (7/5/2024).
Ali menyebut Indonesia memiliki rumah-rumah kecil, tetapi tidak sekecil micro apartemen di Hong Kong. Adapun hunian seperti itu tidak layak dan nyaman untuk dihuni, maka ia membagikan cara menyediakan hunian terjangkau untuk menghindari fenomena tersebut.
Salah satu hal yang bisa dilakukan antara lain proyek pembangunan rumah di kawasan yang harga tanah masih terjangkau, tetapi terkoneksi transportasi umum. Meskipun masyarakat tinggal agak jauh dari pusat kota, setidaknya ukuran rumah tidak terlalu kecil.
"Memang konektivitas dengan transportasi umum ke TOD (Transit Oriented Development) itu bagus. Itu yang membuat kantong-kantong hunian itu tidak sekadar membangun rumah yang kecil sebetulnya. Kalau menurut saya masih jauh Indonesia seperti itu (fenomena micro apartemen)," katanya.
Selain itu, Ali mengatakan meski daya beli sebagian masyarakat terbatas, masih memungkinkan bagi mereka mendapat opsi-opsi hunian terjangkau. Masyarakat dapat tinggal di kontrakan yang murah tetapi ukurannya masih layak.
Ia memisalkan masyarakat mempunyai daya beli Rp 5-7 juta dapat menyicil rumah seharga Rp 200-300 juta. Tentunya rumah seharga itu sulit didapatkan di pusat kota besar, sehingga bisa dicari di kota sekitar.
Lebih dari itu, Ali menyatakan pengembang membangun apartemen terjangkau dengan ukuran layak di kota besar seperti Jakarta masih memungkinkan. Menurutnya, apartemen itu bisa diwujudkan di atas tanah murah milik negara.
"Ketika kita bangun apartemen, properti, (atau) rumah, masalahnya (adalah harga) tanah. Kalau (harga) tanahnya sudah semakin tinggi artinya pemerintah harus cari solusi. Tanahnya tanah land bank, land bank BUMN, tanahnya BUMN, tanah BUMD, tanah PEMDA itu harusnya bisa diberdayakan," tutur Ali.
Menurutnya, Indonesia belum memiliki zoning atau plot khusus hunian teruntuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Meski langkah ini belum diterapkan, Ali menilai menyediakan hunian terjangkau untuk masyarakat Indonesia masih memungkinkan.
(dhw/dna)