Bagi pekerja dengan penghasilan pas dengan upah minimum provinsi (UMP) bisa saja merasa berat untuk membeli rumah di tengah kota. Apalagi, harga rumah cenderung naik setiap tahunnya. Belum lagi, baru-baru ini Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan yang bisa mempengaruhi bunga kredit pemilikan rumah (KPR).
Pemerintah setiap tahunnya menaikkan upah pekerja melalui upah minimum provinsi atau UMP untuk dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, belakangan ini beberapa harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga sehingga pengeluaran sehari-hari juga bisa meningkat.
Jika keadaan terus seperti itu, apakah para pekerja dengan gaji pas UMP masih bisa membeli rumah mengingat harganya yang setiap tahun terus meningkat?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran, Arianto Muditomo, hal itu masih bisa dilakukan. Memang, untuk membeli rumah di kota besar, contohnya Jakarta, membutuhkan banyak usaha dan pengorbanan. Akan tetapi, dengan perencanaan keuangan yang matang dan strategi yang tepat, membeli rumah bukanlah hal yang mustahil.
Arianto membeberkan, untuk permukiman di Jakarta masih ada tanah seharga Rp 14-17 juta/m2. Jika ditambah dengan biaya bangun rumah, akan berkisar Rp 20-25 juta/m2 tanah dan bangunan. Namun, biasanya lokasi dengan harga tersebut berada di wilayah perkampungan di Jakarta.
Nah, apabila UMP Jakarta 2024 itu Rp 5,07 juta dan maksimal dari gaji adalah 30%, maka masih bisa mengalokasikan Rp 1,5 juta per bulan untuk mencicil KPR.
"Di lapangan, angsuran senilai tersebut mampu untuk pembelian rumah susun/apartemen berukuran 18-23 m2 yang kurang lebih ekuivalen dengan nilai tanah bangunan Rp 500-625 juta," katanya kepada detikProperti, Rabu (1/5/2024).
Walau demikian, hal yang perlu diperhatikan adalah saat membayar uang muka atau down payment (DP). Sebab, biasanya DP dibayar sekitar 10-30% harga hunian yang mau dibeli.
"Kondisi ini yang menjelaskan betapa sulit pekerja berpenghasilan UMR DKI Jakarta membeli rumah di tengah kota Jakarta. (Karena) terbatasnya properti dengan harga terjangkau (dan) penyediaan uang muka," tuturnya.
"Perhitungan ini berlaku pula di kota besar lain, bahwa properti yang lebih murah di luar Jakarta akan diimbangi pula dengan UMR yang lebih rendah," pungkasnya.
Senada, Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group, Andy Nugroho mengatakan untuk membeli rumah di tengah kota Jakarta dengan gaji UMP bisa-bisa saja dilakukan. Namun, harus tetap realistis.
Calon pembeli rumah harus menentukan kemampuannya untuk mencicil rumah. Misalnya, dengan gaji Rp 5 juta per bulan dan cicilan maksimal 30% dari penghasilan, maka ia masih bisa mencicil rumah Rp 1,5 juta per bulan. Dengan cicilan segitu, maka rumah yang didapat adalah di rentang harga Rp 200-300 juta.
Namun, lagi-lagi calon pembeli harus menyiapkan uang untuk bayar DP. Hal ini penting untuk dilakukan lantaran DP yang dibayarkan biasanya cukup besar agar cicilannya tidak memberatkan.
Misalnya, untuk rumah harga Rp 300 juta dan DP yang harus dibayar Rp 60 juta atau 30%-nya, sedangkan calon pembeli menabung Rp 1 juta per bulan dari penghasilan Rp 5 juta per bulan, maka diperlukan 60 bulan atau 5 tahun untuk bisa membayar DPnya saja.
"Makin tinggi harga rumah maka DP dan pembayaran pertamanya pasti akan lebih mahal lagi," kata Andy kepada detikProperti.
Untuk rumah harga Rp 200-300 juta di Jakarta sebenarnya masih ada, tetapi biasanya lokasinya kurang strategis dan sulit dilalui kendaraan roda empat.
"Kalau kita pengin rumah yang lebih luas lagi dengan akses lebih bagus lagi ya kita harus mencari di daerah Jabodetabek sekitarnya, misalnya pinggiran Kota Bogor, pinggiran Kota Tangerang, seperti itu," tuturnya.
"Kalau ditanya bisa atau tidak (beli rumah di Jakarta dengan gaji UMP) ya bisa-bisa saja, namun butuh effort lebih, butuh waktu lebih lama lagi (untuk beli rumah)," tutupnya.
(abr/dna)