Rumah milik mantan pemimpin de facto sekaligus ikon demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi dilelang. Namun, tak ada penawaran yang muncul dalam lelang tersebut pada Rabu (20/3/2024).
Dilansir dari BBC, pengadilan telah memerintahkan penjualan rumah pada Januari setelah perselisihan kepemilikan rumah antara Suu kyi dengan saudara laki-lakinya, Aung San Oo.
Pengacara Suu Kyi, yang ditahan sejak pemerintahannya digulingkan melalui kudeta militer pada 2021, menolak pelelangan tersebut tanpa persetejuan Suu Kyi. Diketahui, Suu Kyi tidak bisa bertemu pengacaranya sejak Desember 2022.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah 2 lantai bergaya kolonial ini telah menjadi tempat tinggal Suu Kyi saat menjadi tahanan rumah selama 15 tahun lamanya. Rumah dengan lahan seluas 1,9 are itu terletak di tepi sungai di 54 University Avenue, Yangon, Myanmar.
Rumah yang didominasi warna putih itu dilelang dengan harga mulai dari US$ 90 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun (kurs Rp 15.656). Akan tetapi, saat pelelangan dimulai tidak ada satupun penawar. Di sana hanya ada pejabat pengadilan, jurnalis, dan polisi yang bertugas. Pejabat pengadilan bertanya 3 kali kepada pelelang, namun tidak ada jawaban.
"Tidak ada pembeli yang datang hari ini, jadi para petugas pelelangan sudah pergi," kata salah satu saksi mata, dikutip dari Reuters, Kamis (21/3/2024).
Untuk diketahui, Rumah mewah itu diberikan kepada ibu Suu Kyi pada 1953, setelah kematian salah satu adik laki-lakinya dalam kecelakaan tenggelam di kolam renang rumah lama mereka. Ayah Suu Kyi merupakan pejuang kemerdekaan Myanmar yang dibunuh pada 1947.
Suu Kyi sendiri tinggal di luar negeri, di Amerika Serikat dan Inggris hingga akhirnya kembali lagi ke Myanmar pada 1988 untuk merawat ibunya yang sakit. Pada saat yang sama, Suu Kyi melakukan pemberontakan militer Junta. Pemberontakan pun gagal dan akhirnya ia menjadi tahanan rumah dan dilarang menghubungi suami dan anak-anaknya yang tinggal di Inggris.
Ia sempat bolak-balik di penjara hingga akhirnya pada 2010 Suu Kyi dibebaskan dari tahanan rumah. Walau demikian, ia tetap tinggal di rumah tersebut. Ia pun mulai menerima tamu-tamu kenegaraan, seperti petinggi partainya, National League of Democracy, Presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama, dan lainnya.
Pada 2012, Suu Kyi diketahui sudah pindah ke rumahnya di Naypyidaw untuk menjalankan tugasnya sebagai anggota parlemen. Pada 2015, ia dilarang menjadi presiden karena memiliki anak dengan warga kenegaraan asing. Walaupun dianggap sebagai pemimpin de facto, jabatan asli Suu Kyi adalah Penasehat Negara, sementara jabatan presiden dipegang oleh Win Myint hingga akhirnya pemerintahannya dikudeta pada 2021 oleh militer Junta.
Sebagai informasi, saudara laki-laki Suu Kyi yang masih hidup, Aung San Oo pertama kali menentang kepemilikan rumah Suu Kyi pada 2000. San Oo yang kini menjadi warga negara Amerika Serikat mengajukan beberapa tuntutan hukum atas rumah tersebut selama bertahun-tahun, meskipun warga negara asing tidak diizinkan secara hukum untuk memiliki atau menjual rumah tersebut.
Pada tahun 2016, pengadilan di Yangon memutuskan bahwa San Oo berhak atas separuh tanah, namun rumah tersebut tetap menjadi milik Aung San Suu Kyi. Pada tahun 2018, Mahkamah Agung tidak memutuskan bandingnya agar properti tersebut dijual, dan hasilnya dibagi di antara mereka.
(abr/zlf)