Industri furnitur ditargetkan akan semakin meningkat untuk tahun ini. Meningkatnya industri furnitur ini bisa terjadi karena ada beberapa faktor, misalnya bahan baku yang melimpah di Indonesia.
"Kedua dukungan kebijakan larangan ekspor bahan baku kayu dan juga rotan, ketiga teknologi variasi engineer wood dan kayu alternatif semakin beragam, yang terakhir sistem rantai pasok bahan baku yang semakin membaik serta ketersediaan tenaga kerja yang memadai," tutur Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita dalam acara Opening Ceremony International Furniture Expo (IFEX), di JIExpo, Jakarta Pusat (29/2/2024).
Tak hanya itu, Reni juga mengatakan bangkitnya industri furnitur terjadi karena beberapa hal. Misalnya dengan pulihnya bisnis pariwisata dan hospitality. Selain itu, banyaknya kebutuhan furnitur di sektor perumahan dan perkantoran juga memicu bangkitnya industri furnitur dalam negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa tren yang akan mempengaruhi pasar furnitur saat ini dan di masa mendatang adalah pertama meningkatkan tren belanja online, kemudian penggunaan teknologi berbasis industri 4.0, meningkatnya furnitur yang ramah lingkungan serta meningkatnya kebutuhan furnitur fungsional desain ergonomis dan juga custom," paparnya.
Sebagai informasi, pada 2023 industri furnitur menyumbang 1,3% terhadap PDB non-migas dengan nilai kinerja ekspor sebesar US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 28.326 triliun (kurs Rp 15.736). Adapun, pihaknya berharap nilai ekspor di industri furnitur bisa meningkat setidaknya 5%.
Saat ini, tujuan ekspor furnitur dari Indonesia sebagian besar masih menuju ke Amerika dan Eropa. Namun, dengan adanya kondisi global yang tidak menentu seperti perang Ukraina-Rusia hingga faktor ekonomi global, pihaknya mulai menyasar negara lainnya, contohnya seperti India dan Timur Tengah. Tak hanya itu, pihaknya juga akan berfokus pada penjualan dalam negeri.
"Sehubungan belum membaiknya pasar ekspor tradisional yang terdampak resesi ekonomi global, maka kami juga melakukan pengalihan ke pasar domestik dan perluasan tujuan ekspor ke pasar non-tradisional dalam hal ini India dan juga Timur Tengah," paparnya.
Adapun, saat ini beberapa furnitur yang paling banyak diekspor adalah furnitur dengan material kayu dan rotan. Furnitur berbahan kayu yang diekspor, kata Reni, sudah ramah lingkungan dan bahan kimia yang dipakai juga lebih eco-friendly untuk menyesuaikan dengan pasar ekspor yang dituju.
Sementara itu, untuk pelaku industri furnitur kayu dan rotan yang mengekspor paling banyak berada di daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera, hingga Kalimantan.
Sebagai informasi, apabila kamu ingin melihat berbagai produk furnitur lokal yang menembus pasar ekspor, kamu bisa datang ke pameran furnitur internasional IFEX di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat. Pameran berbasis Business to Business (B2B) ini diselenggarakan pada 29 Februari-3 Maret 2024 sejak pukul 09.00-20.00 WIB. Untuk registrasinya, jika dilakukan pada 29 Februari-2 Maret dikenakan biaya Rp 165.000 dan pada tanggal 3 Maret 2024 dikenakan biaya Rp 100.000.
(abr/dna)