Istilah mortar foam atau mortar-busa mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Mortar foam ini merupakan salah satu solusi konstruksi infrastruktur di tanah lunak.
Untuk diketahui, keberadaan tanah lunak di Indonesia cukup luas. Dikutip dari situs Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jumat (16/2/2024), pada 2020 diperkirakan ada sekitar 20 juta hektar atau 10% dari luas total daratan Indonesia merupakan tanah lunak. Tanah lunak biasanya dapat dijumpai di sepanjang pantai utara Pulau Jawa, pantai timur Pulau Sumatera, pantai selatan Pulau Kalimantan, pantai selatan Pulau Sulawesi, pantai barat serta pantai selatan Pulau Papua.
Adanya tanah lunak ini membuat daya dukung tanah rendah sehingga tidak dapat menyokong struktur bangunan di atasnya dengan baik, seperti jalan amblas dan keretakan pada gedung. Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut yaitu menggunakan mortar foam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Instagram resmi Kementerian PUPR, @kemenpupr, mortar foam adalah optimalisasi penggunaan busa (foam) dengan mortar (pasir, semen, dan air) berkekuatan tinggi sehingga ideal menjadi dasar atau perkerasan jalan pada tanah lunak.
Baca juga: Mengenal Perbedaan Semen, Beton, dan Mortar |
Mortar foam memiliki berat yang ringan dengan massa jenis maksimum 0,8 ton/m3 untuk lapis dasar, serta massa jenis maksimum 0,6 ton/m3 untuk lapis sub-base. Sama seperti mortar beton, mortar busa juga memiliki sifat memadat sendiri sehingga bisa menjaga stabilitas pada tanah timbunan.
Mortar foam digunakan sebagai pengganti timbunan tanah atau sub-base yang biasanya dipakai tanpa memerlukan lahan yang lebar karena dapat dibangun tegak. Selain itu, tidak diperlukan dinding penahan serta tidak perlu alat pemadat karena bisa memadat dengan sendirinya.
Keunggulan penggunaan mortar foam ini dapat menghemat dana hingga 60-70% dan dapat menghemat waktu pengerjaan hingga 50% jika dibandingkan dengan konstruksi konvensional. Tak hanya itu, penggunaan teknologi ini juga ramah lingkungan karena menggunakan lebih sedikit material konstruksi, terutama bahan alam.
(abr/zlf)