Apa yang kamu lakukan jika menemui tikus hitam, tikus sawah atau tikus yang biasa kita lihat di rumah? Sudah pasti, kita akan mengusirnya, atau bila perlu kita kerahkan banyak jebakan agar tikus itu tak betah dan ogah balik lagi ke rumah.
Kenapa? karena tikus adalah hewan yang memiliki sifat pengerat dan perusak. Selain itu, tikus juga kerap buang air sembarangan dan menimbulkan bau yang menyengat juga mengundang penyakit. Jadi, tikus adalah musuh bagi orang rumah yang suka kebersihan.
Tapi, tahukah kamu, ada lho orang yang menganggap tikus-tikus itu hewan sakral dan bahkan mereka menjaga, merawat dan memeliharanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di kuil Karni Mata yang juga dikenal sebagai Temple of Rats di India, hidup sekitar 20 ribu ekor tikus hitam. Tikus ini bahkan dirawat, dipelihara, diberi makan minum, bahkan dipuja-puja oleh jemaat kuil itu.
Karni Mata diambil dari nama Karni Mata yang pada dasarnya adalah seorang Hindu yang lahir sebagai putri ketujuh dari klan Charan Rajput pada tahun 1387 M di desa Suwap, distrik Jodhpur. Dia diyakini sebagai titisan Dewi Durga. Nama aslinya adalah Ridhu Bai.
Bukan tanpa alasan tikus-tikus itu dibiarkan hidup bahkan diagungkan. Dilansir dari Tour My India, Senin (5/2/2024), berdasarkan sebuah cerita rakyat, pada suatu hari ada sekitar 20.000 tentara meninggalkan pertempuran terdekat dan berlari ke sebuah desa bernama Deshnoke. Mata yang mengetahui bahwa tentara yang meninggalkan tugasnya mendapat hukuman mati pun menyelamatkan mereka dan mengubahnya menjadi tikus. Para prajurit mengucapkan rasa terima kasihnya dan berjanji kepada Sang Dewi untuk melayaninya selamanya.
Terkadang ditemukan tikus putih di antara ribuan tikus hitam di Kuil Karni Mata. Tikus putih itu diyakini sebagai Karni Mata dan keempat putranya.
Ada juga legenda lainnya yang mengatakan bahwa suatu ketika anak tiri Karni Mata, Laxman, tenggelam di sebuah kolam yang berada di Kapil Sarovar di Kolayat Tehsil sambil minum air. Mata pun berdoa kepada dewa kematian, Yama, untuk menyelamatkan nyawa Laxman. Awalnya Yama menolak, namun akhirnya mengalah dan mengizinkan reinkarnasi sebagai tikus kepada Laxman dan semua anak laki-laki Mata.
Dilansir dari Atlas Obscura, tikus-tikus yang ada di Kuil Karni Mata ini diberi makan oleh keluarga besar Depavats di mana ada 513 keluarga Depavats dan pemuja Karni Mata. Sebagian besar pemuja Karni Mata bekerja di kuil, namun ada beberapa keluarga yang tinggal di kuil secara permanen, merawat tikus dan menyapu lantai dari kotoran dan remah-remah makanan.
Tikus-tikus tersebut dikenal sebagai 'kabbas' atau 'anak kecil'. Mereka diberikan makan biji-bijian, susu, dan tempurung kelapa dari mangkuk logam besar. Air yang diminum oleh tikus dianggap suci dan memakan sisa makanan tikus dianggap membawa keberuntungan bagi mereka yang berziarah ke kuil.
![]() |
Menurut hukum kuil, apabila satu tikus terbunuh secara tidak sengaja, maka harus diganti dengan tikus yang terbuat dari perak atau emas. Maka dari itu, para penyembah menjaga agar tikus tetap aman dan bahagia di kuil.
Kuil Karni Mata ini dirancang menggunakan gaya Mughal dengan fasad yang menggunakan marmer, bagian pintunya terbuat dari perak padat yang dibangun oleh Maharaja Ganga Singh. Di seberang pintu, masih banyak lagi pintu berwarna perak dengan panel yang menggambarkan berbagai legenda dewi. Tempat keramat dewi diletakkan di bagian dalam kuil.
![]() |
Kuil Ini selanjutnya didekorasi dan dipercantik oleh toko perhiasan Kundanlal Verma yang berbasis di Hyderabad pada 1999. Verma juga menyumbangkan ukiran marmer dan tikus perak untuk kuil tersebut.
Bagi kamu yang ingin berkunjung ke sini, perlu diingat bahwa sepatu tidak boleh dipakai di area kuil. Apabila ada tikus yang menginjak kaki kamu, maka dianggap akan beruntung.
Jika ingin melihat kemegahan kuil, pengunjung sebaiknya datang pada malam hari atau sebelum matahari terbit, saat tikus-tikus sedang keluar untuk mengumpulkan makanan. Sebagai catatan, tikus yang ada di dalam kuil dianggap merupakan reinkarnasi maka dari itu dinilai suci. Namun, tikus-tikus yang ada di luar kuil tidak dianggap demikian.
(abr/zlf)