Jepang memiliki jutaan rumah terbengkalai di wilayah pedesaannya. Berdasarkan survei perumahan dan lahan di Jepang pada tahun 2018, terdapat 8,5 juta rumah terbengkalai atau akiya di pedesaan Jepang.
Sementara itu, Nomura Research Institute atau NRI memperkirakan ada hampir 11 juta akiya di Jepang. Lembaga tersebut memprediksi akiya akan melebihi 30% rumah di Jepang pada 2033.
Lantas, kenapa bisa ada begitu banyak rumah terbengkalai di Jepang?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Business Insider, Jumat (26/1/2024), inti permasalahan tersebut karena populasi di Jepang banyak yang pindah ke kota atau melakukan urbanisasi. Hal ini menyebabkan banyak rumah kosong di pedesaan. Bahkan Kepala Ekonom NRI Richard Koo mengatakan, penghuni di pedesaan Jepang sudah mengalami penurunan sejak pertengahan tahun '90-an.
Belum lagi ditambah masalah penurunan populasi. Tingkat kesuburan Jepang menurun selama 7 tahun berturut-turut pada 2022, turun menjadi 1,26 kelahiran per wanita dari 1,30 kelahiran per wanita pada 2021.
Sementara itu, pemerintah Jepang juga tidak bisa menghancurkan rumah-rumah terbengkalai begitu saja. Sebelum tahun 2015, pemerintah Jepang tidak mempunyai hak untuk meminta pemilik rumah terbengkalai untuk mengelola rumah mereka dengan baik. Di sisi lain, sulit juga untuk menemukan pemilik rumah yang sudah lama dibiarkan kosong.
"Ini merupakan upaya yang sangat besar untuk melacak pemilik rumah tersebut, sehingga seringkali pemerintah menyerah begitu saja," kata Koo, dikutip dari Business Insider.
"Jadi akiya duduk di sana selama bertahun-tahun dan pemerintah bahkan tidak mampu 'menjatuhkannya'," tambahnya.
Akiya kini banyak dijual dengan harga yang terjangkau, ada yang US$ 15 atau Rp 237.000 (kurs Rp 15.800) ada juga yang US$ 500 atau Rp 7,9 juta. Tak heran, banyak warga asing yang minat untuk membeli akiya walaupun harus melakukan renovasi terlebih dahulu.
(abr/zlf)