Di saat banyak negara termasuk Indonesia mengalami Back Log atau kekurangan hunian, negeri matahari terbit Jepang justru mengalami fenomena berkebalikan.
Di Jepang, saat ini tengah menghadapi fenomena kelebihan rumah. Banyak Akiya bertebaran di negara yang tersohor dengan karya animasinya itu.
Akiya adalah sebutan untuk rumah kosong atau ditinggalkan. Mengutip Cheap Houses Japan, kata Akiya secara harfiah diterjemahkan sebagai rumah kosong, yang mungkin memiliki atau tidak memiliki kepemilikan yang dapat dilacak. Akiya menjadi fenomena yang semakin lazim di Jepang, khususnya di pulau-pulau kecil Shikoku dan Kyushu, di mana beberapa prefektur melihat hampir 20% dari semua stok perumahan kosong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Kokor, Kamis (27/7/2023) terungkap data resmi dari Biro Statistik Jepang tentang 'Tempat Tinggal berdasarkan Status Hunian (2003 hingga 2018)', terdapat 8,46 juta Akiya di Jepang pada tahun 2018.
Angka ini mencakup jumlah Akiya di seluruh Jepang, meskipun terdapat perbedaan regional yang besar. Misalnya, pada tahun 2013, Prefektur Yamanashi adalah prefektur dengan pangsa Akiya terbesar sebesar 17,2% dan Prefektur Miyagi adalah prefektur dengan pangsa terendah sebesar 9,1%.
Di Tokyo, proporsi Akiya di antara tempat tinggal sama mengejutkannya yaitu 11,1%, yang merupakan angka yang relatif tinggi. Di pasar perumahan yang 'stabil', tingkat kekosongan 1% hingga 5% dianggap normal dan mendukung.
Bandingkan dengan kota besar lain di berbagai belahan dunia. Di Jerman misalnya, jumlah rumah kosong atau terbengkalai di kota-kota besar Munich dan Hamburg masing-masing adalah 0,6% dan 0,7%, sedangkan di Jerman timur, tidak termasuk ibu kota, angkanya adalah 6,5%.
Lantas, apa penyebab munculnya fenomena ledakan Akiya di Jepang? Ikuti berita selanjutnya hanya di detikProperti.
(dna/dna)