Baru-baru ini, para pengungsi Rohingya kembali mendarat di Aceh. Akan tetapi, warga Aceh menolak kedatangan pengungsi Rohingya.
Dilansir dari detikSumut, para pengungsi Rohingya berjumlah 490 orang mendarat kembali di Bireuen dan Pidie pada Minggu (19/11). Mereka tiba di daratan sekitar pukul 02.00 dini hari di Kecamatan Gandapura, Bireuen, lalu berpencar ke empat desa lainnya, yaitu Lhok Mambang, Samuti Rayeuk, Samuti Krueng, dan Blang Rheu.
Penolakan warga Aceh terhadap kedatangan pengungsi Rohingya bukan tanpa alasan. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, warga Aceh di Lhok Mambang. Samuti Rayeuk, Samuti Krueng, dan Blang Rheu menilai perilaku pengungsi Rohingya memberikan kesan yang kurang baik ke masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka memberi kesan tingkah laku dan perbuatan yang kurang baik, serta tidak sesuai dengan adat dan norma-norma peraturan desa," jelas Kabid Humas Polda Aceh Kombes Joko Krisdiyanto, dikutip dari detikSumut, Sabtu (16/12/2023).
Meski tegas menolak, warga tetap memberikan bantuan kepada para pengungsi Rohingya, seperti makanan, minuman, beras, dan pakaian.
Pengungsi Rohingya tercatat tak hanya mengungsi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Bangladesh. Di Bangladesh, diketahui sudah ada pulau yang disiapkan untuk menampung pengungsi Rohingya.
detikProperti sudah merangkum beberapa fakta terkait pengungsi Rohingya. Berikut ini fakta-faktanya.
1. Pengungsi Rohingya Sudah Disediakan Tempat Mengungsi di Bangladesh
Diketahui, para pengungsi Rohingya sudah disediakan tempa tinggal di Pulau Bhasan Char, Bangladesh. Melansir BBC, pada 2020, pemerintah Bangladesh menghabiskan dana sekitar US$ 350 juta atau setara dengan Rp 5,1 triliun untuk membangun kota baru di pulau tersebut. Di kota baru tersebut, terdapat blok raksasa yang terdiri dari ratusan rumah beratap merah yang dilengkapi dengan kamera pengawas.
Berjarak 60 km dari daratan utama Bangladesh, pulau tersebut memiliki dua sekolah, satu masjid, dua rumah sakit dengan kapasitas 40 ranjang, dan dua klinik komunitas.
Pembangunan kota baru di pulau terpencil ini merupakan upaya pemerintah Bangladesh mengatasi konflik yang terjadi di kamp pengungsian Cox's Bazar. Ternyata, ada aksi kekerasan, peredaran narkoba, bahkan perdagangan manusia di Cox's Bazar yang meningkat. Hal ini membuat pemerintah Bangladesh merelokasi pengungsi ke Bhasan Char.
Akan tetapi, relokasi tersebut dilakukan tanpa persetujuan para pengungsi. Sebanyak 306 pengungsi Rohingya direlokasi ke pulau Bhasan Char. Namun, banyak pengungsi yang merasa terisolasi selama tinggal di pulau tersebut.
2. Tempat Tinggal di Bhasan Char
Bhasan Char dibangun menjadi kota baru untuk dijadikan tempat penampungan pengungsi Rohingya. Dikutip dari The Business Standard, di sana ada berbagai fasilitas, seperti rumah, panel surya, sistem pengelolaan limbah, pusat siklon, dan jaringan telepon seluler.
Untuk sumber air alternatifnya dari kolam-kolam seluas 507,3 meter persegi (m2). Di sana ada juga tempat penampungan air hujan di semua rumah yang ada.
Di pulau itu juga memiliki dua sekolah, satu masjid, dua rumah sakit dengan kapasitas 40 ranjang, dan dua klinik komunitas.
Dilansir dari Reuters, pada 2018, rencananya di Bhasan Char juga akan dibangun blok-blok raksasa dengan total 1.440 bangunan didirikan di pulau terpencil tersebut. Setiap blok raksasa ini terdiri atas 12 bangunan.
Rencananya, setiap bangunan mampu menampung 16 keluarga dengan dapur dan kamar mandi bersama. Setiap unit rumah memiliki kamar berukuran sekitar 3,7 x 4,3 meter.
Setiap keluarga, yang terdiri dari empat orang, akan mendapatkan satu kamar untuk ditinggali. Jadi, satu bangunan akan menampung 64 orang. Jika dikalkulasikan, setiap blok mampu menampung sebanyak 768 orang.
Setiap orang akan memiliki rata-rata 3,6 m2 sebagai ruang tamunya. Standar minimum darurat PBB adalah 3,5 m2 per orang. Ada empat tempat tidur yang terbuat dari baja, kipas angin di langit-langit dan lampu di setiap kamar.
Setiap 16 keluarga harus berbagi dua dapur dengan delapan kompor untuk masing-masing keluarga. Ada total enam toilet dan empat kamar mandi di setiap bangunan. Selain itu, ada empat gudang untuk menyimpan makanan dan barang-barang lainnya.
3. Alasan Pengungsi Rohingya Tidak Mau Tinggal di Bhasan Char
Pulau Bhasan Char di Bangladesh dijadikan tempat untuk menampung pengungsi Rohingya. Meski demikian, sebagian pengungsi Rohingya enggan direlokasi ke sana.
Hal itu karena banyak pengungsi yang merasa terisolasi selama tinggal di sana. Letak pulau tersebut yang terbilang jauh, sekitar 60 km dari daratan utama Bangladesh, membuat para pengungsi Rohingya merasa 'terpenjara'. Adapun, berdasarkan laporan dari AFP, sebanyak 18.000 dari 100.000 pengungsi Rohingya sudah direlokasi ke Pulau Bhasan Char sejak Desember 2020.
"Rumah-rumah di Bhasan Char bagus, tapi terlihat seperti penjara. Di Cox's Bazar kami bermukim sebagai sebuah komunitas. Tapi di pulau, kebebasan kami akan dibatasi. Kami bakal diharuskan hidup di bawah pengawasan angkatan laut," kata Nur Hossain, salah satu pengungsi Rohingya, dikutip dari BBC, Sabtu (16/12/2023)
Tak hanya itu, di Bhasan Char disebut-sebut tidak memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Salah satu pengungsi di sana, Halimah, bahkan harus melahirkan tanpa bantuan tenaga medis.
Belum lagi, di sana juga tidak ada pasar sehingga menyulitkan pengungsi mendapatkan bahan makanan lainnya.
Di Bhasan Char ternyata juga rawan terjadi angin topan. Pada tahun 1991 dan 1997, tercatat ada dua angin topan melintas dalam jarak yang sangat dekat dengan Pulau Bhasan Char. Hal ini menjadi salah satu kekhawatiran yang dirasakan oleh para pengungsi Rohingya.
"Jika kami berpindah ke Bhashan Char, kami akan menghadapi bencana lain di sana karena pulau itu rentan terhadap topan. Akan sulit untuk berkomunikasi dengan keluarga kami yang masih tinggal di Burma (Myanmar)," ujar Renu Ara, yang tinggal di sebuah kamp pengungsi di Cox's Bazar, dilansir dari The Business Standard.
(abr/zlf)