Keramik, adalah salah satu material lantai yang banyak dijumpai di rumah. Keramik juga menjadi favorit di kalangan menengah ke atas karena harganya yang tidak terlalu mahal dibandingkan dengan marmer dan granit
Saat ini, lantai khususnya keramik, tak hanya digunakan sebagai penutup saja. Melainkan juga sebagai elemen penting dalam desain interior. Berangkat dari situ, kini banyak teknologi-teknologi industri yang menghasilkan produk-produk keramik yang kian inovatif.
Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) Achmad Widjaja mengatakan, keramik lantai memang cepat berkembang melahirkan inovasi-inovasi baru. Teknologi cetak digital, misalnya, memungkinkan penciptaan desain yang lebih kompleks dan presisi yang tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari waktu ke waktu, manusia berhasil menciptakan keramik dengan kualitas dan teknik yang jauh lebih maju dari sebelumnya. Masyarakat dunia mengenal keramik, termasuk di Indonesia, bicara perjalanan industri keramik terdapat banyak catatan kemajuan yang luar biasa," kata Achmad dalam keterangan yang diterima Rabu (13/12/2023.
Dalam era modern, keramik lantai tidak hanya berfungsi sebagai penutup lantai, tetapi juga sebagai elemen penting dalam desain interior. Kekayaan jenis, inovasi teknologi, dan fokus pada keamanan menggambarkan bagaimana keramik lantai terus mengikuti perkembangan zaman dan bukan lagi sekadar persoalan estetika.
Istilah keramik sendiri mengacu dari kosakata Yunani kuno, keramos, yang berarti segala sesuatu yang berasal dari tanah liat dan dibakar. Seperti diketahui, keramik bisa berwujud aneka rupa. Namun, keramik lantai atau tegel (tile) yang kita kenal saat ini, memiliki akar kata dari bahasa Latin, tegula, yang berarti menutupi.
Memasuki periode abad pertengahan yang kemudian dilanjutkan oleh kemajuan manufaktur pada masa Revolusi Industri, penggunaan keramik mengalami peningkatan pesat. Keramik tidak lagi dimonopoli bangunan-bangunan megah dan milik bangsawan, tetapi mulai pula digunakan di ruang keluarga, dapur, kamar tidur, kamar mandi, pada rumah orang kebanyakan.
Menurut Achmad, persentuhan masyarakat Indonesia dengan keramik telah bermula sejak ribuan tahun lalu, mulai dari keramik paling sederhana dibentuk dari tanah lempung atau keramik berglazur yang menjadi cikal-bakal keramik poles.
Jelang abad ke-20, pelaku industri keramik di Indonesia mulai memproduksi keramik lantai dengan ragam motif, warna, dan ukuran sesuai kebutuhan konsumen didukung perkembangan teknologi produksi modern tatkala itu.
"Saat ini, keramik lantai telah menjadi salah satu komponen yang utama dalam mendefinisikan estetika ruang di dalam rumah dan area bisnis," tutupnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Internusa Keramik Alamasri (INKA) Angelica Lie, salah satu bukti cepatnya industri keramik mengikuti perkembangan teknologi, adalah dengan lahirnya produk-produk baru yang lebih inovatif. INKA misalnya, meluncurkan produk keramik lantai antislio yang bernama Smooth Grip.
Dengan permukaan bertekstur halus dirancang khusus untuk mengurangi risiko tergelincir, keramik antislip menjadi sangat relevan, terutama di titik-titik tertentu yang rentan terhadap kelembaban-indoor seperti kamar mandi dan dapur atau outdoor seperti bagian pinggir kolam renang.
"Essenza Smooth Grip ini cocok untuk dipakai indoor dan outdoor yang terekspos cairan. Keamanan dan kenyamanan adalah prioritas utama, dan produk terbaru ini memenuhi kebutuhan tersebut," kata Angelica.
Dikatakannya, ada berbagai jenis keramik lantai yang tersedia di pasaran. Jenis yang paling umum adalah porselen, keramik marmer, keramik semen, homogeneous tile, keramik andesit, keramik granit, dan berbagai jenis keramik lain yang biasanya dikelompokkan per motifnya.
Dalam kesempatan itu, Angelica mengungkap rencana INKA dalam menambah kapasitas secara signifikan untuk menjadi kekuatan tidak hanya di pasar keramik Indonesia tapi juga di regional. Beberapa negara yang tengah dijajaki adalah Jepang dan Australia.
(zlf/zlf)