Rumah subsidi memang memiliki harga yang terjangkau, sebab diperuntukkan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Walau demikian, lokasi rumah subsidi umumnya berada di daerah pinggiran Jakarta atau cukup jauh dari pusat kota.
Hal itu ternyata bukan tanpa alasan. Menurut Associate Director Research & Consultancy PT Leads Property Services Indonesia, Martin Hutapea, lokasi rumah subsidi yang berada di 'pinggiran' ini karena lahannya masih tersedia dan harganya yang masih cukup murah sehingga memungkinkan rumah subsidi untuk dijual dengan harga terjangkau. Akan tetapi, hal ini menyebabkan lokasi rumah subsidi kurang strategis.
"Memang betul semakin ke pinggir (lokasinya), betul, karena ya developer kan melihat land bank dan rumah subsidi kan harus di bawah Rp 250 juta dan bisa dibilang kalau dia nggak akan mengalami appreciation value seperti rumah swasta. Misalnya sekarang di harga Rp 1 M, 10 tahun lagi di harga Rp 2 M. Nah, rumah subsidi 'nggak bisa begitu' karena harganya diharapkan pemerintah di situ aja supaya labor bisa beli," jelasnya kepada wartawan di kantor Leads Property, Rabu (29/11).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang itu (lokasinya) akan semakin ke pinggir, kan lahannya masih murah," sambungnya.
Memang, rumah-rumah di kota penyangga Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi banyak diminati orang karena kebanyakan masyarakat bekerja di Jakarta. Maka dari itu, mereka banyak mencari rumah di pinggiran Jakarta.
Hal itu tak hanya terjadi untuk rumah subsidi saja, tetapi juga untuk rumah komersil. Bahkan, ke depannya kota penyangga akan tetap dilirik untuk pengembangan perumahan.
"Kenapa? Karena populasinya sangat banyak di kota penyangga, Bodetabek itu paling banyak sekali. Dan lahannya juga luas kebetulan," kata Martin.
Sebagai informasi, harga rumah subsidi saat ini berkisar antara Rp 162-234 juta, tergantung dari wilayah rumah subsidi.
(abr/dna)