Pasukan Israel beberapa kali menyerang Jalur Gaza, seri terbarunya mulai dari akhir 2008, akhir 2012, 2014, 2019, 2021, 2022, dan yang terbaru pada 2023. Hal ini menyebabkan kerusakan pada lapisan masyarakat Palestina, mulai dari ekonomi, sosial, dan perkotaan.
Warga Palestina menjadi sasaran kematian dan warisan mereka menjadi sasaran pencurian dan perusakan. Adapun, dampaknya pada warisan perkotaan diwakili dari situs arkeologi dan arsitektur.
Padahal, warisan budaya dilindungi oleh beberapa perundang-undangan, misalnya konvensi Den Haag tentang Perlindungan Kekayaan Budaya pada saat konflik bersenjata tahun 1954, namun hal itu tidak menghalangi Israel untuk menyasar warisan budaya Palestina. Dikutip dari Jordan Times, Senin (13/11/2023), warisan budaya tak benda, seperti adat istiadat, tradisi, makanan, dan fesyen tak luput dari campur tangan Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Dekan Fakultas Arkeologi dan Antropologi di Yarmouk University, Mustafa Al Naddaf menyebutkan, di Gaza terdapat banyak tempat penting budaya, seperti museum dan situs arkeologi dan budaya. Namun, tempat-tempat itu telah dan sedang menderita akibat dari agresi Israel, terutama penggunaan bom fosfor putih yang dilarang secara internasional, serta bom seismik.
Museum di Gaza
Terdapat 12 museum di Gaza yang memiliki sekitar 12.000 artefak, yang dibangun dari upaya pribadi atas keinginan masyarakat Gaza untuk melestarikan warisan budayanya. Museum-museum ini mengalami berbagai tingkat kerusakan akibat pemboman oleh Israel yang menyebabkan beberapa di antaranya tidak dijaga. Dampaknya, artefak-artefak yang ada di museum dicuri bahkan banyak kasus artefak yang hilang justru muncul di museum-museum Israel.
Pemboman Israel juga menyebabkan kerusakan besar pada Museum Khan Yunis. Beberapa artefak di sana hancur, bahkan bangunan museum juga rusak berat.
Tak jauh berbeda, Museum Akkad yang didirikan 44 tahun yang lalu dan memiliki 2.800 artefak dari zaman prasejarah hingga modern juga mengalami kerusakan. Hal yang sama juga terjadi pada Museum Pasha Palace, yang dibangun pada era Mamluk dan bertransformasi menjadi museum pada 2010. Museum tersebut mengalami kerusakan dan harus segera diintervensi atau perlu dibenahi.
Masjid
Masjid Al-Sayyid Hashem yang dibangun di atas makam kakek Nabi Muhammad SAW, Hashem Bin Abd Manaf. Masjid itu hancur dalam Perang Dunia I pada 1917 dan dibangun kembali. Akan tetapi, pembomban yang dilakukan terus menerus di sekitarnya menyebebakna beberapa dindingnya retak. Hal yang sama juga terjadi pada Masjid Syekh Zakaria di Daraj yang dibangun pada abad ke-11 Masehi.
Masjid Agung Gaza atau yang dikenal sebagai Masjid Agung Omari adalah masjid terbesar dan tertua di Jalur Gaza. Masjid ini awalnya merupakan situs kuil kuno Palestina, kemudian digunakan oleh Kekaisaran Bizantium untuk mendirikan gereja pada abad ke-5 Masehi.
Setelah kemenangan islam pada ke-7 masehi, bangunan tersebut diubah menjadi masjid. Masjid ini beberapa kali dipugar dan dibangun kembali saat era Mamluk dan Ottoman, masing-masing pada abad ke-13 dan ke-16 Masehi. Masjid ini terletak di bagian utara Gaza, di mana daerah tersebut diduduki oleh Israel sehingga saat ini belum bisa diketahui secara akurat tingkat kehancuran pada masjid tersebut.
Selain itu, ada juga Masjid Al Shamaa di Al Najjarin, Masjid Syekh Abdullah (masjid tertua) di Al Tuffah serta Masjid Ibnu Utsman yang mengalami kehancuran akibat agresi Israel.
Situs Arkeologi
Di antara fasilitas arkeologi yang rusak akibat bom Israel di Gaza adalah Sabil of Sultan Abdul Hamid atau dikenal dengan Sabil of Al-Rifa'iyya. Monumen itu adalah salah satu yang tertua dan terkenal saat era Ottoman dan merupakan satu-satunya monumen Sabil (air mancur) yang tersisa. Sabil itu dibangun pada 1570 dan berada di Jalan Al Wahda di lingkungan Daraj, dekat Museum Pasha Palace yang hingga saat ini masih mempertahankan bentuk bangunan lama (belum dipugar).
Selain hal-hal tersebut, masih ada berbagai warisan arsitektur, arkeologi, bahkan budaya lainnya yang ada di Gaza, contohnya seperti Benteng Barquq (Barquq Castle) hingga Pelabuhan Anthedon. Namun, apabila pengeboman ini terus dilakukan, akan sulit untuk memperkirakan sejauh mana kerusakan yang jadi terhadap warisan Palestina, khususnya warisan arsitekturnya.
"Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa akibat dari agresi zionis yang terus dilakukan terhadap Gaza, sulit atau bahkan tidak mungkin, untuk memperkirakan sejauh mana kerusakan yang terjadi terhadap warisan Palestina, khususnya warisan arsitektur," tulis Dekan Fakultas Arkeologi dan Antropologi Yarmouk University, Mustafa Al Naddaf, dikutip dari Jordan Times, Senin (13/11/2023).
(abr/zlf)