Jauh sebelum istilah Transit Oriented Development (TOD) atau pembangunan kawasan berbasis titik transit, kawasan Blok M sudah lebih dahulu menerapkan konsep ini. Menggabungkan kawasan komersial tertata dengan area transit dalam hal ini terminal Blok M.
Sehingga tak heran, pada masanya tepatnya era tahun 1990 hingga awal tahun 2000, setiap anak muda Jakarta menjadikan kawasan Blok M, Jakarta Selatan, sebagai tempat hangout yang paling kekinian.
Ngeceng, istilah pada masa itu, merupakan hal yang wajib dilakukan anak-anak muda dengan memamerkan gaya fashion, kendaraan yang digunakan, dan sebagainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepopuleran area Blok M ini tidak terlepas dari berbagai bangunan maupun properti yang ada di sekitarannya yang nyatanya hingga saat ini masih tetap eksis. Salah satu bangunan dan pusat ritel legendaris yang masih bertahan itu Pasaraya, sebuah pusat ritel dan komersial hasil pengembangan PT Pasaraya Internatonal Hedonisarana (ALatief Corporation).
Menilik sejarahnya, Pasaraya Blok M berdiri sejak tahun 1974 yang didirikan oleh Abdul Latief, seorang pengusaha dan mantan menteri pada era Presiden Soeharto. Nama Pasaraya sendiri telah beberapa kali berganti, dari awalnya Pasaraya Sarinah Jaya, Pasaraya Big & Beautiful, Pararaya Grande, hingga Pasaraya The Pride of Indonesia.
![]() |
Di era online dan digital, Pasaraya terus bertransformasi untuk mengikuti kebutuhan pasar dan perkembangan zaman. Transformasi itu antara lain dengan mengubah konsep menjadi Retail Property yang menawarkan office space dan co-working space yang ditunjang dengan berbagai fasilitas dan sarana lainnya.
"Transformasi yang kami lakukan ini sejalan dengan ditetapkannya kawasan Blok M dan ASEAN sebagai Green Creative Hub. Dari awalnya ritel tapi terus berkembang ke any kind of property dan itu terus tumbuh dengan berbagai ritel yang kuat. Jadi untuk konsep ritelnya tetap karena itu merupakan kekuatan dan rohnya Pasaraya hingga tempat ini menjadi pionir untuk konsep ritel di banyak tempat," ujar Vesa Febriano, Asst. Director Marketing Pasaraya.
Kawasan Pasaraya saat ini terdiri dari Gedung A-B ditambah office Sentraya (41 lantai). Gedung A-B memiliki luas mencapai 98 ribu m2 ditambah Sentraya 74 ribu m2. Beberapa yang telah hadir di komplek ini antara lain Kantor Pusat Gojek, office Kopi Kenangan, office BPD Hipmi Jaya, dan sebagainya.
Head of Operation Pasaraya Novi Prasetyanto menambahkan, untuk menunjang transformasi pusat ritel maupun keseluruhan kawasan dengan penerapan konsep baru, telah dilakukan kurasi untuk berbagai tenant guna mengoptimalkan konsep maupun kelengkapan kawasannya.
"Saat ini retail merchandise maupun retail F&B approximate akan berada di porsi 30-40 persen. Untuk menjadikan tempat ini sebagai creative hub kita buat konsep co-working space yang menarik dengan retail F&B sebagai supporting dan complimentary. Jadi konsep sekarang yang dihadirkan lebih ke ritel properti," jelasnya.
![]() |
Beberapa tenant ritel yang telah hadir antara lain Kisaku Coffee, Kopi Bawah Tangga, Tomoro Coffee, D'Journal CafΓ©, Starbuck, Toastbox, Lawson, dan banyak lagi. Pasaraya juga menawarkan ruang-ruang yang bisa digunakan beragam event maupun ide kreatif dan siap untuk berkolaborasi dengan banyak pihak.
Hingga saat ini juga telah banyak event yang diselenggarakan dengan menggandeng berbagai komunitas. Beberapa event itu antara lain Record Store Day, Vespublic, Canivespa, Archery Indoor, Nongkrong Bareng Mobil Vintage, dan sebagainya. Beberapa event lain juga terjadwal seperti Jakarta Art Book Fair yang bertaraf internasional.
Blok M dengan Pasaraya di dalamnya telah menjadi sebuah tempat yang ikonik dan pionir khususnya untuk bisnis ritel. Hal lainnya, banyak yang tidak sadar kalau kawasan ini juga merupakan pionir untuk kawasan transit oriented development (TOD) yang sekarang digalakkan pemerintah untuk dikembangkan di area perkotaan.
TOD di Blok M tidak terlepas dari keberadaan Terminal Blok M dan seiring pengembangan proyek infrastruktur sarana transportasi publik itu terus berkembang dengan adanya Transjakarta dan Moda Raya Terpadu (MRT). Kawasan super strategis ini juga ditunjang dengan aksesibilitas yang kian mudah dengan akses jalan yang baik tol dan non tol.
"Secara lokasi Blok M itu juga unik karena menempel dengan kawasan bisnis utama di Jakarta yaitu SCBD, mudah ke TB Simatupang, Cipete, Cilandak, dan lainnya tapi kawasannya tidak terkena aturan kendaraan ganjil-genap. Itu yang membuat banyak perusahaan ingin membuka kantornya di sini terlebih dengan berbagai fasilitas maupun sarana ritel yang sangat lengkap sebagai penunjangnya," imbuh Vesa.
(dna/dna)