Kebakaran hebat yang melalap sebuah apartemen tua di Johannesburg baru-baru ini memantik pertanyaan lebih dalam mengenai akar masalah yang telah menjangkiti kota ini.
Penyebab kebakaran dipercaya tidak hanya sebatas karena bahan-bahan mudah terbakar, tetapi karena masalah yang lebih kompleks, yaitu krisis perumahan.
Krisis perumahan telah lama menjadi masalah di Afrika Selatan, dan Johannesburg tidak terkecuali. Penyebab terjadinya kebakaran mengerikan di apartemen tersebut ternyata adalah hasil dari kombinasi antara kemiskinan, ketidaksetaraan, pelanggaran hukum, dan ketidakcakapan pemerintah setempat dalam menangani situasi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini telah memberi kita peringatan, dan saya telah mengatakan bahwa kota dan kotamadya kita sekarang harus memperhatikan bagaimana masyarakat hidup," kata Cyril Ramaphosa, Presiden Afrika Selatan, sebagaimana dilansir dari Vox, Kamis (7/9/2023).
Undang-Undang Pencegahan Penggusuran Ilegal dan Pendudukan Tanah Ilegal (PIE) yang diberlakukan pada tahun 1998 bertujuan untuk mengakhiri kebijakan apartheid yang memungkinkan pemerintah kulit putih untuk menggusur penduduk kulit hitam dan menghancurkan tempat tinggal mereka.
Namun, pemberian izin penggusuran kini menjadi sulit, bahkan ketika bangunan tersebut diduduki secara ilegal dan tidak aman.
Para penghuni bangunan apartemen yang hancur adalah orang-orang miskin yang tidak memiliki alternatif tempat tinggal. Mereka tinggal di bangunan-bangunan terbengkalai ini bukan karena pilihan, melainkan karena mereka tidak memiliki pilihan lain yang layak.
Ironisnya, kondisi hunian yang mengerikan ini telah lama diketahui oleh pihak berwenang, namun tindakan untuk memperbaikinya terbilang minim.
"Orang-orang yang tinggal di apartemen tua ini termasuk dalam kelompok masyarakat miskin di Johannesburg yang tidak memiliki tempat tinggal. Mereka tinggal di sana hanya karena putus asa," ungkap Brian McKechnie, seorang arsitek dan ahli warisan di Johannesburg, dikutip dari The New York Times, Kamis (7/9/2023).
Pemerintah Johannesburg dianggap bertanggung jawab atas kebakaran tersebut karena gagal merespons permohonan bantuan dari penduduk dan mengabaikan kondisi buruk di bangunan tersebut.
Inspeksi yang dilakukan sejak tahun 2019 telah menunjukkan kondisi yang sangat buruk dan berbahaya, termasuk keberadaan saluran pembuangan yang terbuka, anak-anak yang berkeliaran tanpa pengawasan, dan instalasi listrik yang rusak.
Namun, lebih dari sekadar masalah satu bangunan, situasi ini mencerminkan ketidakstabilan politik di Johannesburg dan tingkat kemiskinan serta ketidaksetaraan yang tinggi di seluruh negara. Johannesburg, yang sebelumnya mengalami pergolakan politik karena pergantian pimpinan kota yang sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir, mengalami tantangan besar dalam menciptakan perubahan yang nyata bagi penduduknya.
Afrika Selatan, sebagai ekonomi terindustrialisasi terbesar di benua Afrika, menghadapi tingkat pengangguran yang tinggi dan krisis perumahan yang semakin buruk. Konflik dan kemiskinan di negara-negara Afrika lainnya telah mendorong ratusan ribu migran datang ke negara ini sehingga memperburuk masalah perumahan yang sudah ada.
Krisis perumahan dan ketidaksetaraan sosial-ekonomi adalah tantangan yang harus dihadapi oleh Afrika Selatan. Meskipun apartheid telah berakhir lebih dari 20 tahun yang lalu, hal tersebut masih bisa belum sepenuhnya hilang sampai saat ini, terutama di kota-kota seperti Johannesburg.
Kebakaran di apartemen Johannesburg adalah panggilan penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama mengatasi krisis perumahan dan masalah sosial yang mendasarinya. Hanya dengan langkah-langkah konkret dan komitmen nyata untuk meningkatkan kondisi perumahan dan mengurangi ketidaksetaraan, kota ini bisa bergerak menuju masa depan yang lebih aman dan berkeadilan bagi semua warganya.
(dna/dna)