Cerita Pendiri Evergrande Bangun Kerajaan Properti yang Kini Picu Krisis

Cerita Pendiri Evergrande Bangun Kerajaan Properti yang Kini Picu Krisis

Alvin Setiawan - detikProperti
Jumat, 01 Sep 2023 17:00 WIB
An aerial view shows the 39 buildings developed by China Evergrande Group that authorities have issued demolition order, on the man-made Ocean Flower Island in Danzhou, Hainan province, China January 7, 2022. REUTERS/Aly Song/File Photo To Match Special Report CHINA-PROPERTY/EVERGRANDE-HUI
Foto: REUTERS/ALY SONG
Jakarta -

Cerita sebuah kerajaan properti termegah, China Evergrande group, bermula ketika Hui Ka Yan meminjam ke bank untuk membeli tanah kemudian menjual rumah di lokasi sebelum dibangun. Menggunakan uang tunai untuk membayar pemberi pinjaman dan membiayai proyek real estat berikutnya.

Selama dua dekade berjalan, dimulai pada pertengahan tahun 1990an, cara tersebut sangat menguntungkan sebab harga rumah di Tiongkok yang kian melonjak. Hal ini mengubah Hui, dari seorang mantan karyawan industri baja dari pedesaan, menjadi orang terkaya di Tiongkok. Namun, semua harus kandas ketika Evergrande jatuh.

Melansir dari Reuters (01/09/2023), Disinyalir, pada 2016 untuk melepaskan Evergrande dari beban hutang, perusahaan mendorong beberapa stafnya untuk membeli produk keuangan dari unit pengelolaan kekayaan grup tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk membantu mendanai pengembangan properti, menurut seorang mantan karyawan dan dokumen perusahaan Evergrande.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan salah satu mantan karyawan tersebut mengatakan beberapa orang diminta menghabiskan hingga setengah gaji mereka untuk produk tersebut. Praktik tidak lazim yang dilakukan perusahaan tersebut sudah dilakukan sebelum berada di ambang kehancuran pada tahun 2021 karena beban utang ratusan miliar dolar.

Kisah Evergrande ini juga mengungkap cara kerja banyak perusahaan properti raksasa di China, mulai dari ketika harga real estat meroket hingga kemerosotan drastis perusahaan ketika investor ritel yang mulai menggugat.

ADVERTISEMENT

Kisah perusahaan ini juga menelusuri perkembangan pasar properti Tiongkok yang lebih luas, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia namun kini menjadi penyebab terbesar perekonomian China kian merosot.

Perusahaan Evergrande telah menyumbang 40% dari penjualan rumah di Tiongkok itu sudah gagal bayar sejak pertengahan tahun 2021, menurut perkiraan analis. Rumah-rumah dibiarkan terbengkalai belum selesai. Pemasok dikabarkan belum dibayar lalu beberapa dari jutaan masyarakat Tiongkok yang menaruh tabungan mereka pada produk investasi sektor properti membuat uang mereka tidak kembali.

Masalah Evergrande tidak kunjung mereda. Para Pengembang terkait telah ambil langkah dengan mengusulkan persyaratan restrukturisasi utang luar negerinya, dan baru-baru ini, mereka meminta persetujuan pengadilan AS atas rencana tersebut. Evergrande mengatakan rencana restrukturisasi yang diusulkannya akan meringankan utang luar negerinya dan membantu perusahaan untuk melanjutkan operasinya.

Evergrande melaporkan kerugian sebesar 33 miliar yuan atau US$ 4,53 miliar atau setara Rp 67,95 triliun (Kurs Rp15.000/US$) untuk paruh pertama tahun ini, dibandingkan kerugian 66,4 miliar yuan pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Saham Evergrande juga anjlok sebesar 79% pada hari Senin setelah melanjutkan perdagangan setelah penangguhan selama 17 bulan, Membuat aset sebesar US$ 2,2 miliar melayang dari perusahaan.

Kemerosotan perusahaan telah menghancurkan kekayaan bersih Hui Ka Yan yang bernilai puluhan miliar dolar dan mengharuskan menjual aset perusahaan secara besar-besaran untuk membantu membayar hutang. Perusahaan juga menghadapi tuntutan hukum: Evergrande mengatakan ada lebih dari 2.200 tuntutan hukum dengan total potensi tanggung jawab ganti rugi sekitar 535 miliar yuan (US$ 73,40 miliar) pada bulan Juni.

Krisis utang yang semakin parah di sektor properti Tiongkok menimbulkan tantangan besar bagi Presiden Xi Jinping dan para pembuat kebijakannya, mengingat perekonomian negara tersebut sudah terguncang akibat melemahnya permintaan domestik dan luar negeri.

Output ekonomi Tiongkok tumbuh dengan lambat pada kuartal kedua. Kekhawatiran mengenai penyebaran masalah ini ke sektor keuangan negara dan perekonomian yang lebih luas akan membebani pasar global. Menjadikan kejadian pada Evergrande sebagai pertanda keruntuhan sektor properti di China.

(dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads