Imbas dari krisis properti di China yang membuat pertumbuhan ekonomi melambat mulai terasa ke mana-mana. Kini perusahaan-perusahaan di Jepang bahkan juga mengalami perlambatan pertumbuhan pendapatan tahunan hingga ke posisi terendah di lima kuartal terakhir.
Melansir dari reuters (1/9/2023), Belanja modal melonjak hingga 4,5 persen dari tahun sebelumnya kemudian turun sebesar 1,2% secara musiman yang sudah disesuaikan per kuartal, berdasarkan data dari kementerian keuangan setempat.
China merupakan mitra dagang terbesar untuk Jepang yang bergantung pada sektor ekspor, mereka cuma berhasil memulihkan kondisi ekonomi sejak membuka kembali perbatasannya kemudian dalam beberapa bulan terakhir telah menghadapi krisis pada sektor properti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat yang bersamaan, kenaikan suku bunga yang tajam dan lonjakan inflasi di AS dan Eropa kini mengancam permintaan pasar terhadap barang-barang dari Jepang.
"Perusahaan-perusahaan Jepang mulai berhati-hati mengingat gelembung properti China telah meledak di beberapa kota regional. Jika itu menyebar ke kota-kota besar, itu akan menghambat permintaan untuk pengiriman dan belanja modal yang terikat China," kata Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute.
Menyoroti kehati-hatian perusahaan Jepang tentang pengeluaran, cadangan internal pada perusahaan naik sekitar 7,4% untuk mencapai level tertinggi sepanjang masa sebesar 554,8 triliun yen atau sekitar 3,8 triliun US dolar pada akhir tahun.
(dna/dna)