Proyek properti megah di Malaysia, Forest City terancam jadi kota mati. Proyek yang nilainya diperkirakan mencapai US$ 100 miliar atau setara Rp 1.500 triliun ini dibangun oleh pengembang properti China yang tengah terpuruk, Country Garden.
Forest City terancam menjadi kota mati akibat krisis utang yang sedang dialami oleh pengembangnya, Country Garden. Namun, lebih dari itu, ternyata proyek ini telah menghadapi sejumlah tantangan yang signifikan sepanjang 10 tahun sejarahnya.
Melansir Bloomberg, Selasa (29/8/2023), Forest City direncanakan akan menjadi kota buatan yang terdiri dari 4 pulau buatan di Selat Johor yang menghubungkan antara Malaysia dan Singapura. Kota buatan ini direncanakan akan menjadi tempat bagi lebih dari 700.000 penduduk. Namun, perjalanan menuju impian ini tidaklah mulus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tantangan pertama adalah perlawanan politik dan masalah regulasi. Dalam 6 bulan sejak dimulainya proyek ini pada tahun 2014, pembangunan terhenti karena regulator Malaysia meragukan dampak lingkungan dari proyek ini. Bahkan, pemerintah Singapura juga mengungkapkan keprihatinan terhadap dampak Forest City terhadap perbatasannya yang berdekatan dengan Malaysia.
Baca juga: Harga Rumah di China Diramal Tumbuh 0% |
Tantangan berikutnya datang dari pandemi Covid-19 yang menghentikan hampir segalanya. Pembangunan dihentikan dan banyak warga asing yang telah tinggal di Forest City memutuskan untuk meninggalkan kota ini. Dampak pandemi terhadap pasar real estat turut dialami oleh Forest City.
![]() |
Tantangan terbesar muncul dari sisi finansial. Pengembang Country Garden dilaporkan terlilit utang sebesar Rp2.875 triliun yang mengancam pembangunan proyek ini. Meski demikian, mereka masih optimis dengan mengklaim bahwa 80% dari unit perumahan di Forest City telah terjual. Pertanyaannya adalah apakah Forest City benar-benar akan menjadi komunitas yang berkelanjutan atau hanya tempat ke-2 bagi pemilik properti dari berbagai negara.
Forest City telah menjadi perbincangan luas, bukan hanya karena skala proyeknya, tetapi juga karena risikonya yang besar. Meskipun pengembang berusaha untuk mengatasi tantangan, banyak yang meragukan keberlanjutan dan keberhasilan jangka panjang proyek ini.
Kota buatan senilai Rp1.500 triliun ini mungkin akan menjadi bukti dari taruhan besar dalam dunia real estat dengan segala keberaniannya dan risiko yang mengiringinya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pengembang properti China, Country Garden, dilaporkan sedang menghadapi krisis utang sebesar Rp2.875 triliun yang berpotensi gagal bayar.
(zlf/zlf)