Kampung terkumuh di Asia, Dharavi terletak di India segera dibangun ulang. Orang terkaya di India, Gautam Adani mendapatkan tender untuk merenovasi daerah ini.
Meski demikian, beberapa warganya menyatakan takut dan khawatir. Lho, kenapa?
Sharifa Wagadiya, seorang warga Dharavi yang bekerja sebagai pembuat tembikar, khawatir kalau rumah baru yang dibangun tidak akan cukup untuk kebutuhan keluarganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keluarga kami memiliki 3 rumah, satu gudang yang digunakan untuk menaruh produk yang telah dihasilkan, dan tempat workshop," katanya dikutip dari Al Jazeera, Rabu (2/8/2023).
Kekhawatiran Wagadiya bermula dari survei yang dilakukan oleh pemerintah untuk menentukan kelayakan keluarga atas rumah baru. Pada 14 tahun yang lalu, semua putranya tinggal bersamanya. Namun, meski putranya telah menikah dan pindah rumah, mereka tetap dianggap sebagai bagian dari satu keluarga yang memenuhi syarat.
"Kami hanya akan mendapatkan satu rumah seluas 300-350 kaki persegi [27 hingga 32 meter persegi]. Kami harus diberi rumah untuk masing-masing dari ketiga putra saya. Kita juga harus mendapatkan ruang yang cukup di bagian bawah untuk mengeringkan dan menyimpan tembikar kita," tuturnya.
Warga lainnya, Afzal Khan, mengkhawatirkan mata pencahariannya. Dia memiliki lima gudang di Dharavi yang dia sewakan sekitar US$ 2.100 atau Rp 31,8 juta (kurs Rp 15.172) per bulan.
"Mereka berbicara tentang pemukiman kembali keluarga dan unit manufaktur. Tapi apa yang akan terjadi dengan gudang saya? Saya akan kehilangan satu-satunya sumber penghasilan saya," kata Khan kepada Al Jazeera.
Jayesh Jain, yang menjalankan bisnis daur ulang plastik di Dharavi yang memproses sekitar dua ton sampah setiap hari, mengatakan pihak berwenang telah gagal berkonsultasi dengan penduduk dan bisnis setempat tentang rencana pembangunan kembali. Dia khawatir bila dipugar, bisnisnya akan terancam.
"Tidak ada seorang pun dari pemerintah yang berbicara kepada kami," kata Jain.
"Tidak ada yang menanyakan apa yang kami inginkan, apa yang kami butuhkan... Saya membayar gaji untuk 30 orang termasuk 15 pekerja perempuan. Jadi, jika bisnis saya mengalami kesulitan, saya bukan satu-satunya yang terpengaruh olehnya," tambahnya.
CEO Dharavi Redevelopment Board, SVR Srinivas mengatakan, pengembangan ini akan menawarkan pilihan rumah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pihaknya akan fokus untuk menyediakan rumah untuk keluarga terdampak dari proyek ini.
"Sementara rumah gratis akan disediakan untuk keluarga yang memenuhi kriteria. Kami juga akan menawarkan rumah untuk disewa untuk mereka yang tidak memenuhi kriteria, dan memberikan opsi untuk membeli properti dengan skema sewa beli," tuturnya.
Adapun, keluarga yang memenuhi syarat untuk mendapatkan rumah adalah yang bisa membuktikan bahwa mereka telah tinggal di sana sejak sebelum 1 Januari 2000. Pada survei yang dilakukan pemerintah tahun 2009, ada sekitar 58.000 keluarga yang memenuhi kriteria. Namun, angka sesungguhnya, jika dijumlahkan dengan yang tidak memenuhi syarat, hingga kini mendekati 100.000 keluarga.
Masa depan Dharavi akhirnya mendapat pertimbangan serius oleh pemerintah seiring dengan didirikannya Slum Rehabilitation Authority (SRA) pada 1995.
Pada 2003, Pemerintah Negara Bagian Maharashtra memutuskan untuk mengembangkan Dharavi sebagai kota terintegrasi. Namun, hal itu menuai protes dari para penduduk karena khawatir dengan kualitas dan ukuran rumah yang ditawarkan untuk pengembangan daerah.
Berbagai undangan untuk tender pun dilakukan tahun demi tahun, namun proyek tersebut tidak kunjung terlaksana. Ada 8 perusahaan dari India, Timur Tengah, dan Korea Selatan yang ikut pertemuan pre-bid atau sebelum penawaran. Setelah banyak kegagalan memulai selama beberapa dekade, Adani Realty akhirnya mendapatkan proyek ini dengan penawarannya pada November 2022.
Sebagai informasi, perusahaan milik Gautam Adani, Adani Realty telah memenangkan lelang pertama proyek pembangunan ulang Dharavi pada November 2022 lalu. Total penawaran yang ditawarkan adalah 50,7 miliar rupee atau sekitar Rp 9,3 triliun.
Dilansir dari India Times, Rabu (2/8/2023), biaya yang diperlukan untuk keseluruhan proyek mencapai 200.000.000.000 rupee atau sekitar Rp 36,7 triliun (kurs Rp 183). Adapun, proyek pengembangan akan berlangsung hingga 7 Tahun lamanya.
(zlf/zlf)