Punya rumah milik sendiri adalah impian banyak orang. Tak jarang, tingkat kesuksesan orang pun diukur dari rumah mereka. Karena rumah kini telah menjadi standar orang bisa dibilang mapan atau tidak.
Pasar perumahan di Indonesia masih sangat terbuka luas, karena masih banyak masyarakat yang belum memiliki rumah sendiri. Hal itu membuat pengembang rumah alias developer berlomba-lomba untuk menawarkan rumah dengan berbagai promo. Tujuannya, agar produk mereka terjual.
Namun sayang, tak semua pengembang bisa dipercaya. Ada juga pengembang abal-abal yang menipu konsumen. Misalnya, dijanjikan rumah bebas banjir namun ternyata kerep banjir bila terjadi hujan. Kemudian ada juga kasus yang awalnya disebut bebas biaya, namun pada saat akad kredit ada turunan biaya yang harus dibayarkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di brosur atau iklan disebut akan selesai dalam kurun waktu tertentu, apabila rumah indent, namun pada kenyataannya molor setahun, dua tahun atau lebih parah lagi ada pengembang yang kabur meninggalkan proyek rumah yang masih mangkrak.
Nah, hal itu harus diperhatikan oleh calon konsumen. Buat detikers yang masih awam terhadap hal ini, tak perlu takut dan menjadi ragu untuk membeli rumah karena banyaknya kasus penipuan yang marak dilakukan oleh developer tidak bertanggung jawab ini.
Mengutip keterangan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), calon konsumen harus aktif mencari tahu tentang reputasi adalah hal yang harus dilakukan sebelum memilih. Konsumen juga harus mengenali perbedaan developer asli dengan developer bodong.
Berikut 3 ciri mengenali developer rumah bodong:
1. Terdapat perbedaan rincian informasi yang disampaikan dari brosur dengan costumer service
2. Menjual harga murah di bawah pasaran yang tak masuk di akal
3. Kredibilitas dan perizinan yang meragukan
(zlf/zlf)