Ada sebuah gedung tinggi di Korea Utara yang terbengkalai selama puluhan tahun, namanya Hotel Ryugyong. Bangunan yang terdiri dari 105 lantai itu memang diproyeksikan untuk hotel, tapi sampai sekarang tak ada satu pun tamu yang menginap di hotel tersebut.
Dilansir Business Insider, Hotel Ryugyong memiliki tinggi mencapai 330 meter. Bangunan yang punya desain mirip seperti piramida itu disebut sebagai gedung tidak berpenghuni tertinggi di dunia.
Terletak di Ibu Kota Pyongyang, pembangunan Hotel Ryugyong telah dimulai sejak 1987. Gedung ini terdiri dari tiga sayap yang masing-masing sisinya memiliki kemiringan 75 derajat dan terdapat bulatan di atasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saking besarnya, Hotel Ryugyong disebut memiliki 3.000 kamar yang tersebar di seluruh lantai. Bulatan di lantai paling atas gedung merupakan sebuah restoran yang dapat berputar. Ada juga lima restoran berbintang yang akan beroperasi di hotel tersebut.
Dinamakan Hotel Ryugyong karena diambil dari nama Pyongyang yang berarti 'ibu kota pohon willow'. Meski punya desain unik dan menarik, tapi hotel ini tak pernah beroperasi sampai sekarang.
Sejarah Pembangunan Hotel Ryugyong
Hotel Ryugyong dibangun bukan tanpa alasan. Selain untuk menerima ribuan tamu yang ingin menginap, faktor lainnya karena tak mau kalah saing dengan negara tetangganya, yaitu Korea Selatan.
Pada periode 1980-an, Korea Utara berada di kubu Uni Soviet melawan Korea Selatan yang menggandeng Amerika Serikat. Perang dingin antara Korut dan Korsel kala itu masih ketat.
Perang tersebut semakin memanas ketika sebuah perusahaan asal Korea Selatan berhasil membangun hotel tertinggi di dunia saat itu, Westin Stamford di Singapura. Korsel juga ditunjuk sebagai tuan rumah Olimpiade Seoul 1988 dan berhasil digelar secara sukses.
Korea Utara pun tak mau kalah dengan negara tetangganya. Pada 1987, proyek Hotel Ryugyong mulai dikerjakan dan diharapkan menjadi hotel terbesar dan tertinggi di dunia.
![]() |
Sayangnya, Uni Soviet yang bubar pada 1991 membuat Korea Utara kehilangan penyokong dana untuk melanjutkan proyek Hotel Ryugyong. Masalah ekonomi juga menerpa Korut, sehingga dana sebesar Rp 30,6 triliun untuk membangun gedung tersebut berakhir sia-sia.
Saat pembangunan Hotel Ryugyong berhenti pada 1992, fondasi gedung tersebut sudah selesai sepenuhnya. Namun, hotel tersebut belum dipasangi jendela selama 16 tahun. Barulah di 2008, kontraktor asal Mesir Orascom Group mengambil alih proyek tersebut dan mulai memasang jendela di seluruh lantai.
Bangunan tersebut diketahui menggunakan bahan beton bertulang dan tidak menggunakan baja. Desain Hotel Ryugyong sengaja berbentuk seperti gunung karena gunung merupakan simbol penting bagi Korut. Sebagai informasi, lambang nasional negara tersebut menampilkan Gunung Paektu.
Dalam laporan Reuters, untuk melanjutkan proyek Hotel Ryugyong hingga tuntas diprediksi akan menelan biaya hingga US$ 2 miliar atau sekitar Rp 32 triliun (kurs Rp 16.280).
Sempat Akan Diambil Oleh Perusahaan Ternama
Dikutip dari CNN, perusahaan hotel asal Jerman, Kempinski berencana akan mengambil alih manajemen Hotel Ryugyong pada akhir 2012. Namun beberapa bulan sebelum hotel dibuka, mereka memutuskan untuk mengundurkan diri.
Usut punya usut, hal ini ada kaitannya dengan berita sebuah gedung apartemen 23 lantai di Pyongyang roboh. Pihak Kempinski pun berpikir dua kali untuk mengambil alih Hotel Ryugyong karena khawatir konstruksi bangunannya tidak kokoh.
Sepi peminat, Hotel Ryugyong sempat dipakai dalam menyambut sejumlah perayaan. Misalnya saat May Day atau Hari Buruh 2009, gedung ini digunakan untuk menyalakan kembang api yang megah dan meriah.
Lalu pada 2018, Hotel Ryugyong dipasangi layar LED pada bagian depannya untuk menampilkan slogan propaganda Kim Yong Il. Lampu tersebut menyala selama beberapa jam setiap malam.
Menurut laporan Radio Free Asia, Korea Utara sedang mencari investor asing untuk membeli hak perjudian dan mengoperasikan kasino di Hotel Ryugyong sebagai bagian dari kesepakatan untuk menyelesaikan sisa interior gedung.
Pemerintah Korut ingin meniru keberhasilan dan keuntungan dari kasino di Hotel Internasional Yanggakdo Pyongyang. Hotel itu disebut populer di kalangan wisatawan, khususnya yang ingin berjudi.
Kini, pemerintah Korea Utara menggunakan Hotel Ryugyong sebagai landmark dan daya tarik bagi wisatawan asing, meski tidak bisa digunakan untuk menginap.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(ilf/ilf)