Pada 12 Juli 1975, Monumen Nasional atau sering disebut Monas resmi dibuka untuk umum. Sejak saat itu, Monas menjadi salah satu landmark yang paling terkenal di Jakarta.
Selain menjadi tempat wisata dan hiburan bagi masyarakat, Monas juga menyimpan sejarah panjang dalam tahap pembangunannya. Arsitektur monumen ini juga sangat menarik untuk dikulik karena kental akan perjuangan Indonesia dalam meraih kemerdekaan.
Tujuan Pembangunan Monumen Nasional
Mengutip Album Budaya Direktori Museum Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pembangunan Tugu Monumen Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 214 Tahun 1959 tentang Pembentukan Panitia Monumen Nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembangunan Monas bukan tanpa alasan. Dilansir situs Badan Sertifikasi Kadin DKI Jakarta, Minggu (11/7/2025), Monas dibangun untuk mengenang dan mengabadikan perjuangan Indonesia untuk meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Tugu ini juga dibangun untuk membangkitkan semangat patriotisme yang tak pernah padam.
Meski telah digagas sejak 1959, tapi pembangunan Monas baru dapat terwujud saat Indonesia genap berusia dua windu. Presiden Pertama RI, Soekarno resmi meletakkan batu pertama untuk pembangunan Monas pada 17 Agustus 1961.
Arsitektur Monas yang Memukau
Dalam buku Monumen Nasional Monumen Keagungan Perjuangan Bangsa Indonesia oleh Ekki Husein Katiti, rancang bangunan Monas digagas oleh arsitek kenamaan Indonesia, yakni Friedrich Silaban dan RM Soedarsono. Pada awalnya, desain awal Monas dari Silaban belum memenuhi keinginan Soekarno sehingga ia harus merevisi kembali.
Setelah desainnya direvisi, rancangan tugu monumen itu dinilai terlalu besar menurut Soekarno sehingga memakan anggaran besar, padahal keuangan Indonesia saat itu tidak kondusif. Soekarno meminta desain monumen yang lebih kecil, tapi Silaban menolaknya dan menyarankan agar pembangunan Monas ditunda sampai ekonomi membaik.
Alhasil, Soekarno menunjuk RM Soedarsono untuk melanjutkan desain yang telah dibuat Silaban. Dalam rancangannya, Soedarsono mencoba mewujudkan keinginan Soekarno tentang lingga dan yoni, serta memasukkan unsur 17, 8, dan 45 sesuai tanggal Proklamasi RI.
Bentuk tugu Monas menjulang tinggi melambangkan lingga (alu/antan) dan pelataran cawan yang memiliki arti yoni (lumpang). Alu dan lumpang merupakan alat rumah tangga yang ada di hampir semua rumah warga.
Lingga dan yoni juga merepresentasikan sebagai hal positif dan negatif, pria dan wanita, air dan api, siang dan malam, atau langit dan Bumi sebagai lambang alam yang abadi.
Monas memiliki ketinggian mencapai 132 meter. Tinggi pelataran cawan 17 meter dan tinggi ruang Museum Sejarah 8 meter. Sedangkan luas pelataran cawan yang berbentuk bujur sangkar berukuran 45 x 45 m. Tak hanya sekadar angka, tapi Soedarsono berhasil mewujudkan keinginan Soekarno tentang angka 17, 8, dan 45.
Salah satu hal yang paling ikonik dari Monas adalah lidah api menyala. Tak hanya sekadar simbol, tapi juga melambangkan tekad dan perjuangan bangsa Indonesia yang tak pernah padam. Lidah api ini terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dengan tinggi 14 meter dan diameter 6 meter.
Lidah api tersebut terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Seluruh lidah api dilapisi lempengan emas dengan berat sekitar 38 kg.
Pembangunan Monas yang Tidak Berjalan Mulus
Sejak diresmikan oleh Soekarno pada 17 Agustus 1961, Monas baru diresmikan secara umum pada 12 Juli 1975. Butuh waktu hampir 14 tahun untuk menyelesaikan tugu tersebut.
Pembangunan Monas dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni tahap pertama pada 1961-1965, tahap kedua 1966-1968, dan tahap ketiga pada 1969-1976. Tahap pertama dan kedua pembangunan tugu ini di bawah pengawasan Panitia Monumen Nasional, sedangkan tahap ketiga diawasi oleh Panitia Pembina Tugu Nasional.
Sayangnya, pekerjaan tugu Monas tidak berjalan mulus. Peristiwa G30S PKI membuat pembangunannya menjadi terhenti sejenak karena situasi di Indonesia sedang tidak kondusif.
Setahun setelah peristiwa 30 September 1965, pembangunan Monas kembali dilanjutkan hingga akhirnya dibuka untuk umum pada Juli 1975. Meski sudah resmi dibuka, sebenarnya pembangunan Monas masih belum selesai 100 persen. Masih ada beberapa area di taman yang belum selesai.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(ilf/das)