Berbicara soal New York, detikers mungkin langsung terbayang akan banyaknya gedung-gedung tinggi yang besar dan mewah, seperti One World Trade Center hingga Empire State Building. Di antara gedung-gedung tersebut, ternyata ada satu gedung pencakar langit yang unik karena sangat ramping.

Gedung tersebut bernama Steinway Tower. Lokasinya berada di 111 West 57th Street, New York, Amerika Serikat. Gedung pencakar langit yang satu ini disebut-sebut paling "ramping" di dunia.

Dilansir situs Parametric Architecture, Rabu (14/5/2025) arsitektur gedung ini punya keunikan tersendiri karena dahulu dianggap mustahil untuk dibangun. Sebab, rasio tinggi dan lebar gedung Steinway Tower adalah 24:1. Semakin menjulang ke atas, gedung ini nampak makin ramping yang seolah ingin membelah langit.

Steinway Tower punya tinggi 435 meter. Selain dinobatkan menjadi gedung pencakar langit paling ramping di dunia, Steinway Tower juga mendapat predikat sebagai gedung keempat tertinggi di New York.

Gedung mewah ini dirancang oleh SHoP Architects. Dana Getman selaku Associate Principal SHoP Architects mengatakan, gedung ini tak hanya sekadar menarik perhatian warga New York, tapi juga kembali ke era klasik gedung pencakar langit.

"Sebelum perang, sebelum ada AC, bangunan cenderung lebih tipis agar orang-orang bisa lebih dekat dengan cahaya dan udara. Di gedung-gedung baru yang digunakan sebagai tempat tinggal, cahaya dan udara kembali menjadi masalah dan kita punya kesempatan untuk melihat kembali bangunan-bangunan bersejarah dan apa yang membuatnya begitu istimewa," kata Getman dikutip dari WSP.

Menariknya, gedung tersebut bukan dibangun di lahan baru, melainkan masih satu lahan dengan gedung Steinway Hall, sebuah gedung tua yang punya nilai sejarah yang dibangun pada 1923. Sedikit informasi, gedung tersebut dirancang oleh Warren dan Wetmore, arsitek ternama yang merancang Grand Central Terminal New York.

Foto: Wikimedia Commons/Kidfly182

"Kami sebenarnya dapat membangun menara yang berdekatan langsung dengan Steinway Tower tanpa persetujuan wali kota, tetapi itu tidak tepat untuk bangunan bersejarah tersebut dan tidak tepat untuk gedung pencakar langit itu," tutur Getman.

"Jadi, kami bekerja sama dengan Komisi Pelestarian Bangunan Bersejarah untuk memindahkan menara lebih jauh ke belakang di loksai tersebut. Meski letaknya benar-benar di belakang, sebagai gantinya kami telah menciptakan atrium yang terbuka untuk melihat sejarah Steinway Hall," jelasnya.

Berbicara soal desain bangunannya, Getman menggambarkan gedung ini sebagai "berbulu". Gedung yang terdiri dari 82 lantai ini punya fasad dengan pola bergelombang yang menciptakan pola bayangan dari kejauhan. Meski desainnya terlihat kaku dan tajam, tapi Steinway Tower punya keindahan tersendiri karena ramping dan mengusung keberlanjutan.

Dalam proses pembangunannya, Steinway Tower menggunakan beton berkekuatan tinggi pada sisi timur dan barat gedung. Dipasangkan juga peredam massa yang disetel di bagian atas agar mampu menopang serta mengurangi goyangan pada bangunan itu, terutama saat diterpa angin kencang pada musim tertentu.

"Kami tidak ingin melihat adanya retakan pada plester, kaca, atau jendela karena bangunannya yang terlalu banyak bergerak (oleh angin), ujar Cynthia Liu, manajer proyek dari Steinway Tower.

Steinway Tower lebih difungsikan sebagai hunian mewah, bukan untuk gedung perkantoran. Di dalamnya terdapat ruangan rekreasi bersama, lobi mewah, dan berbagai toko ritel kelas atas. Lalu, terdapat 77 lantai yang difungsikan sebagai apartemen mewah.

Gedung ramping tersebut kini menjadi pusat perhatian bagi warga lokal maupun turis yang berkunjung ke sana. Lokasinya yang dekat dengan Central Park membuat Steinway Tower juga menjadi ikon baru kota New York.